Pikir Aditya, seperti disampaikan pada BBC Indonesia, dengan diamputasi setidaknya dia bisa bangun lagi dan terus melanjutkan hidup walaupun cuma punya satu kaki. Ini jauh lebih baik ketimbang terus-terusan mempertahankan kakinya yang sudah luka parah.
Hanya satu hal yang kemudian membuat Aditya merana. Dengan satu kaki, dia tidak bisa lagi menekuni sepak bola. Benar-benar tidak terbayang olehnya bagaimana bisa bermain sepak bola lagi mengingat kini hanya punya satu kaki.
Padahal bagi Aditya sepak bola bukan sekadar hobi, melainkan panggilan jiwa. Dia merasa ada yang kurang di dalam hidupnya, di dalam dirinya, jika tidak bermain sepak bola. Inilah yang sempat membuatnya kehilangan semangat.
Merasa dirinya tak bisa lagi merumput, Aditya mencoba beralih ke cabang olah raga lain. Dia sempat menjajal voli duduk, tetapi merasa kurang sreg sehingga akhirnya berhenti. Renang juga pernah dia cicipi, tetapi merasa kurang tertarik dan lagi-lagi ditinggalkan.
Agaknya yang ada di hati Aditya memang cuma sepak bola. Tidak ada tempat bagi olah raga lain.
Sampai kemudian seorang kenalan memberi tahu Aditya tentang sepak bola amputasi. Dia pun mencari-cari referensi tentang sepak bola khusus penyandang disabilitas dengan satu kaki ini.
Pucuk di cinta ulam tiba. Inilah yang dicari-cari Aditya selama ini. Harapannya untuk bermain sepak bola kembali tumbuh. Maka dia segera memutuskan bergabung dengan Indonesia Amputee Football Association (INAF) alias Persatuan Sepak Bola Amputasi Indonesia (PSAI), PSSI-nya sepak bola amputasi.
Dari Nol Lagi
Jangan pikir Aditya yang eks peserta diklat Persib bisa dengan mudah memainkan sepak bola amputasi. Dia harus kembali memulai dari nol, sebab cabang ini sangat berbeda dengan sepak bola biasa yang pernah sangat dikuasai olehnya.
Meski sama-sama dimainkan di atas lapangan rumput, sepak bola amputasi mewajibkan para pemain memakai dua tongkat sebagai penopang tubuh. Inilah kesulitan pertama Aditya. Selama ini dia terbiasa menggunakan satu tongkat saja untuk berjalan.
Aditya lantas memulai petualangan barunya dengan berlatih keras agar dapat berlari menggunakan dua tongkat. Tentu saja tidak mudah, tetapi dia tidak mau lekas menyerah. Setiap hari dia berlatih dengan giat.
Seiring berjalannya waktu, Aditya bukan saja bisa berlari dengan bertumpu pada dua tongkat. Dia juga sudah dapat menggiring dan menendang bola. Kemampuannya sebagai seorang pesepak bola amputasi komplet sudah.