MASIH ingat Jhon van Beukering? Pesepakbola kelahiran Belanda ini merupakan salah satu pemain naturalisasi "sukses" di Indonesia. Sukses dengan tanda kutip. Ya, Van Beukering sukses membuat penggemar timnas Merah Putih gemas melihat tubuhnya yang kelebihan berat badan. Untuk ukuran seorang pesepakbola, JvB terlalu gendut.
Toh, soal berat badan bukan masalah penting bagi PSSI yang kala itu tengah dilanda dualisme. Klub-klub terbelah dalam dua kompetisi: Liga Profesional Indonesia (LPI) yang merupakan kompetisi resmi PSSI dan Liga Super Indonesia (LSI) yang dikelola PT Liga Indonesia. PT ini dijalankan oleh eks pengurus PSSI yang gagal move on usai tersingkir dalam Kongres Solo 2011.
Celakanya, LSI yang merupakan liga sempalan justru diikuti oleh mayoritas klub-klub anggota PSSI. Federasi sepakbola nasional ini seolah ditelikung oleh anggota-anggotanya sendiri yang memilih kompetisi nonresmi di bawah PT LI.
Ketika timnas bersiap jelang perhelatan Piala AFF 2012, klub-klub LSI kompak memboikot. Mereka melarang pemain-pemainnya memenuhi panggilan timnas. Larangan aneh yang lebih anehnya lagi dituruti oleh para pemain LSI, kecuali Bambang Pamungkas. Â Striker Persija Jakarta tersebut jadi satu-satunya pemain yang memenuhi panggilan timnas meski terancam sanksi dari klub.
Tiga di antara empat yang nol cap itu merupakan pemain naturalisasi baru: Raphael Maitimo, Tonnie Harry Cusell Lilipaly alias Tonnie Cusell - sepupu Stefano Lilipaly, dan Van Beukering. Cusell malah baru mendapat paspor Republik Indonesia pada November 2012, alias hanya sebulan jelang Piala AFF 2012 digelar.
Ada pun Cristian Gonzales yang menjadi andalan di Piala AFF 2010 menolak panggilan timnas. Alih-alih, meski mengaku terpaksa (Kompas.com, 11/9/2012), ia lebih memilih bergabung ke timnas bentukan Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) pimpinan La Nyalla Matalitti.
Tak Bisa Lari
Kembali ke Jhonny van Beukering. Pemain satu ini langsung mencuri perhatian begitu diperkenalkan. Bukan karena skill atau ketampanannya, melainkan badannya yang overweight. Saat masih membela Feyenoord Rotterdam pun ia sudah dijuluki Jhonny van de Burger King karena berat badan yang membuatnya tak bisa sprint.
Coba tonton video yang didedikasikan pada betapa lambannya sprint Jhonny van de Burger King, eh, maksudnya Van Beukering di YouTube ini.
Terbukti sebagai striker ia tak bisa lari cepat ketika pertama kali tampil bersama timnas. Melawan Timor Leste dalam pertandingan uji coba di Stadion Utama Gelora Bung Karno, 14 November 2012, Van Beukering terlihat sangat terganggu oleh berat badannya sendiri.
Dasar nasib baik. Sekali pun tak banyak mendapat bola di lini depan, JvB memberi asis bagi lahirnya gol Bepe. Gol satu-satunya di pertandingan tersebut. Indonesia pun menang tipis 1-0.
Di turnamen, Indonesia tergabung dalam Grup B bersama tuan rumah Malaysia, Singapura, dan Laos. Timnas tak tampil baik di laga perdana melawan Laos. Dua kali tertinggal, skuad Garuda harus puas dengan hasil imbang 2-2. Maitimo mencetak gol debutnya bagi Indonesia di laga ini. Van Beukering hanya duduk di bangku cadangan.
Timnas menjaga asa usai menaklukkan Singapura 1-0 di laga kedua berkat gol tendangan bebas Andik Vermansyah. Lagi-lagi Van Beukering tak bermain. Demikian pula Cusell yang dalam kesempatan tersebut dicadangkan oleh pelatih Nilmaizar.
JvB baru bermain di partai ketiga melawan Malaysia. Ia diturunkan pada menit ke-64 menggantikan Samsul Arif Munip. Indonesia tertinggal 0-2 dan butuh setidaknya hasil seri untuk bisa lolos ke fase gugur. Sayang, Van Beukering tak bisa melakukan apa-apa untuk membantu timnas. Skor tak berubah hingga laga usai.
Van Beukering kembali ke Belanda usai membela timnas Indonesia di Piala AFF 2012. Ia sebenarnya sudah sejak Juli 2012 tak lagi mau merumput di Indonesia setelah gajinya ditunggak berbulan-bulan oleh Pelita Jaya. Kontrak yang masih tersisa beberapa bulan ia tinggal, dengan mengacu pada aturan FIFA terkait pemain profesional.
Kepulangan Van Beukering waktu itu dilaporkan oleh media Belanda, De Gelderlander.
"Indonesia was mooi om mee te maken, maar het is niet zo gelopen als ik had gehoopt. Vanwege een strijd tussen de clubs en bond werd er niet veel gevoetbald," kata Van Beukering mengenai alasan kepulangannya ke Belanda kepada De Gelderlander.
Kira-kira begini terjemahan lepas dari pernyataan JvB di atas, "Indonesia sangat bagus sebagai tempat mencari pengalaman, namun yang terjadi tidak seperti apa yang sebelumnya saya harapkan. Karena gesekan antara klub-klub dan federasi, tidak banyak pertandingan yang bisa dimainkan."
Pemain Amatir
Di Belanda, Van Beukering sudah ditunggu oleh eks pelatihnya di tim junior Vitesse Arnhem, Theo Bos. Mantan bek Vitesse tersebut mengajak JvB bergabung di klub amatir FC Dordrecht.
Belum sampai dua pekan berlatih di Dordrecht, Van Beukering mengundurkan diri. Tentu saja keputusan mengejutkan mengingat liga bahkan belum dimulai. Ketika ditanya alasannya mundur secepat itu, kepada Voetbal International ia berkata kehilangan motivasi. Ia bergabung karena Theo Bos. Tapi sang pelatih mengundurkan diri setelah diketahui mengidap kanker parah.
"Situasi ini sangat sulit. Setelah Theo pergi, saya tidak punya motivasi untuk tampil maksimal. Dan itu tidak baik untuk FC Dordrecht," katanya seperti dikutip VI.nl.
Musim 2012/13, Van Beukering bergabung dengan klub amatir lainnya, FC Presikhaaf. Ini sebuah klub unik yang memiliki dua tim, masing-masing berlaga setiap Sabtu dan Minggu. Musim itu Tim Sabtu bermain di Vierde Klasse (Divisi IV), sementara Tim Minggu berlaga di Eerste Klasse (Divisi VI, kasta terbawah).
Van Beukering hanya bertanding sebanyak tiga kali selama berseragam FC Presikhaaf. Hebatnya, dari hanya tiga pertandingan itu ia sukses mencetak tiga gol. Setelah itu Van Beukering pindah ke klub amatir berikutnya, MASV Arnhem. Tak ada catatan berapa kali ia bermain dan atau mencetak gol untuk klub tersebut.
Sempat hilang dari pemberitaan, nama Van Beukering kembali masuk media setelah menyatakan niatnya kembali merumput sebagai pemain profesional. Hal ini ia sampaikan sendiri saat berbindang dengan media lokal Regio8. Usianya 33 tahun waktu itu, sudah terhitung senja untuk ukuran pesepakbola.
"Saya ingin menunjukkan bahwa saya siap kembali bermain sepak bola," katanya pada Regio8.
"Saya sudah dilatih dalam waktu yang lama dan berat badan saya sudah turun beberapa kilogram. Itu adalah arah yang benar. Sekarang, saya butuh latihan dengan sebuah tim,"Â lanjutnya.
"Mungkin Anda tak bisa memakainya sebagai pelari di lini depan. Namun, ia bisa berperan sebagai target man. Saya pikir ia masih mempunyai kemampuan baik sebagai seorang striker," ujar Dennis.
Ditangkap Polisi, Diskors KNVB, Lalu Juara
Tentu saja Van Beukering sadar diri usianya tak lagi ideal untuk memulai ulang karier. Namun ia tetap merasa optimistis dengan kemampuannya dalam mencetak gol. Jangan lupa, ia adalah top scorer Nijmegen Eendracht Combinatie (NEC) dengan 11 gol yang dibukukan pada Eredivisie 2007/08.
"Sebagai striker, saya memang sudah merasa sedikit lebih tua. Tetapi dalam pertandingan, saya masih bisa membuat peluang untuk terciptanya gol," katanya.
Ada dua versi mengenai klub mana yang akan Van Beukering bela ketika itu. Versi pertama menyebut ia mencoba bergabung dengan klub Eerste Divisie atau Jupiler Leaguea, kompetisi level dua Belanda. Versi lain menyebut dirinya bakal balik ke Indonesia dan merumput di LSI.
Pada kenyataannya ia tak memperkuat klub profesional mana pun setelahnya. Agaknya karier seorang Jhonny van Beukering sudah habis sepulang dari membela Indonesia di Piala AFF 2012. Namun kiprahnya di dunia sepak bola belum tamat sama sekali. Ia beralih profesi sebagai pelatih.
Van Beukering sempat menjadi pelatih sejumlah tim junior, di antaranya SC Veluwezoon dan AFC Arnhem. Oktober 2015, datang berita buruk darinya. Ia diskor KNVB (PSSI-nya Belanda) setelah menyerang pemain DVC' 26 dalam sebuah pertandingan di ajang U-14.
Sebelum itu, awal 2014 Van Beukering ditangkap polisi. Penangkapan ini berkaitan dengan penemuan ratusan pohon ganja di sebuah rumah di Arnhem yang diketahui merupakan miliknya. Tapi ia berkelit dengan mengatakan rumah tersebut tengah disewakan. Demikian dilansir Merdeka.com mengutip De Gelderlander.
Van Beukering sempat membawa MASV memuncaki klasemen Derde Klasse (kasta kedelapan dalam piramida sepak bola Belanda) pada pergantian tahun lalu. MASV melaju hingga ke final tingkat distrik, KNVB Districtbeker Oost 2018. Meski kalah dari SV DFS di partai pamungkas pada 9 Mei 2018, seperti diberitakan Het Gelderse Voetbal, klub asal Arnhem ini mendapat tiket ke Piala KNVB.
Pencapaian ini membuat pemilik klub senang dengan kinerja Van Beukering.
"Kami sangat puas. Kami tidak hanya melihat hasil pertandingan, akan tetapi juga menilai aspek lain, seperti terbentuknya kerja sama tim, misalnya," ucap sang pemilik Eef Kasteel seperti dilansir Der Gelderlander.
Kepercayaan Kasteel terbayar pada April 2018 lalu. Van Beukering mempersembahkan gelar bagi MASV setelah menjuarai Arnhem Cup. MASV memastikan gelar juara berkat kemenangan 2-1 atas DVOV di partai final.
Pertengahan Agustus ini MASV bakal menjalani laga perdananya di putaran pertama Piala KNVB. Hasil undian mengharuskan MASV tandang ke markas klub Divisi III, ASWH. Sebuah hasil undian yang tidak memuaskan Van Beukering.
"Tentu saja [hasil undian] ini tidak seperti yang kami harapkan. Sudah terang lawan-lawan kami berat, kami lebih suka bermain di kandang sendiri," katanya seperti dikutip De Gelderlander (9/7/2018).
Sikap JvB bisa dimaklumi. Sebagai klub amatir yang berkompetisi di divisi terbawah dalam piramida sepak bola Belanda, KNVB Beker menjadi kompetisi bergengsi yang ingin dinikmati selama mungkin oleh MASV. Kalau belum-belum sudah mendapatkan lawan berat, di kandang lawan pula, peluang melaju ke putaran berikutnya bisa melayang.
Tetap semangat, Jhonny!
Pemalang, 1 Agustus 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H