Barulah pada musim 2007/08 Kayal benar-benar menjadi pemain inti Maccabi Haifa. Ia bermain sebanyak 36 kali, serta turut andil memberikan gelar juara liga dan Toto Cup di akhir musim. Ia memikat media-media di Italia saat membela Maccabi Haifa di ajang Torneo di Viareggio. Fakta bahwa dirinya adalah seorang Arab beragama Islam dan bermain untuk tim nasional Israel membuat pers semakin penasaran menguak data-fakta tentang dirinya.
Setelah empat tahun membela Maccabi Haifa, Kayal lantas merantau ke Liga Skotlandia dengan bergabung bersama Glasgow Cletic. 29 Juni 2010, Kayal menanda-tangani kontrak berdurasi empat tahun dan memakai nomor punggung 33. Debutnya pada 19 Agustus 2010 berjalan baik. Ia memberi asis bagus pada gol Efrain JJuarez dan terpilih sebagai man of the match. Sayang, cedera membuatnya absen lama.
Kini, Kayal bermain untuk Brighton & Hove Albion yang berkompetisi di Divisi Championship, liga level kedua dalam piramida sepak bola Inggris, tepat di bawah Premier League.
Di level timnas, Kayal telah membela Israel sejak level U-17. Kariernya terus menanjak dan selalu terpilih dalam skuat timnas di tiap jenjang usia, hingga timnas U-21 dan akhirnya timnas senior. Debut internasionalnya bersama timnas senior Israel dicatatkan pada 6 September 2008 saat melawan Swiss.
Sampai saat ini Kayal telah 26 kali membela timnas senior Israel di berbagai ajang. Satu gol disumbangkannya bagi tim Negara Zionis itu. Gol semata wayangnya tersebut tercipta saat Israel menghadapi Latvia di babak Prakualifikasi Euro 2012 yang berkesudahan dengan skor 2-1 untuk kemenangan Kayal cs.
Sebagai seorang Muslim di timnas sebuah negara Yahudi, Beram Kayal tampak sangat menonjol. Ia dapat dengan mudah dibedakan dari rekan-rekannya di timnas Israel. Pasalnya, Kayal tak pernah lupa berdoa sebelum pertandingan dimulai. Tentu saja berdoa ala Muslim pada umumnya, dengan mengangkat kedua belah tangan ke depan dada sembari berkomat-kamit membacakan doa.
Bukan yang Pertama
Kayal bukanlah pesepak bola Muslim pertama di timnas Israel. Jauh sebelum dirinya ada Walid Badir, eks kapten Maccabi Haifa dan kemudian pindah ke Hapoel Tel Aviv. Badir lahir di Kafr Qasim, sebuah kota di perbatasan Tepi Barat yang didominasi Arab Muslim. Sepanjang 10 tahun (1997-2007), ia telah tampil sebanyak 74 kali bersama timnas Israel dan mencetak 12 gol. Salah satu golnya yang paling diingat adalah saat menyamakan kedudukan melawan Prancis di Prakualifikasi Piala Dunia 2006.
Sosok lainnya ada Abbas Suan, eks pemain timnas Israel di rentang 2004-2006. Ia tampil sebanyak 12 kali bersama Israel dan mencetak sebuah gol. Satu-satunya gol tersebut ia sarangkan ke gawang Rep. Irlandia dalam sebuah pertandingan Prakualifikasi Piala Dunia 2006. Meski mengakui dirinya adalah seorang Israel, Arab-Israel tepatnya, namun Suan termasuk salah satu dari dua pemain timnas Israel yang tidak mau menyanyikan lagu kebangsaan negeri Zionis tersebut, Hatikvah. Pasalnya, menurut Suan, isi lagu tersebut hanya untuk orang Yahudi sehingga ia tidak merasa wajib menyanyikannya.
Pemain yang segenerasi dengan Kayal adalah Bibras Natkho, gelandang CSKA Moskow kelahiran Kfar Kama, sebuah kota di dekat Danau Galilea yang mayoritas penduduknya adalah Sirkasian. Ini sebutan bagi orang-orang keturunan Kaukasia Utara di wilayah Rusia. Nenek moyang Natkho lari dari Kaukasia saat Imperium Rusia menguasai wilayah tersebut.
Sama seperti Kayal, Natkho merintis kariernya di Liga Israel dengan bergabung bersama Hapoel Tel Aviv. Empat tahun membela Hapoel Tel Aviv, Natkho lantas merantau ke negara asal leluhurnya saat teken kontrak dengan Rubin Kazan. Klub ini bermarkas di Republik Tatarstan, salah satu negara bagian dalam Federasi Rusia yang mayoritas penduduknya Muslim.
Sempat pindah sebentar ke Liga Yunani saat membela PAOK FC sepanjang Januari-Juni 2014, Natkho kembali lagi ke Rusia di awal musim 2014/15. Kali ini ia membela CSKA Moskow, klub yang mengontraknya hingga 2019 mendatang.