Mohon tunggu...
Eko Nurhuda
Eko Nurhuda Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Serabutan

Peminat sejarah dan penikmat sepak bola. Tulisannya pernah dimuat di Tabloid BOLA, BOLAVaganza, FourFourTwo Indonesia, detikSport, juga Jambi Ekspres, Telusuri.id dan Mojok.co. Sempat pula menelurkan beberapa buku seputar blog-internet. Kini berkecimpung di dunia novel online dan digital self-publishing.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Menyoal Pemilihan Pelatih Timnas

10 April 2012   19:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KEKALAHAN 0-10 dari Bahrain yang baru lalu memantik rasa penasaran terhadap kebijakan PSSI terkait timnas. Alih-alih membuat prestasi timnas membaik, PSSI Revolusi justru melahirkan serentetan keputusan kontroversial yang sangat merugikan.

Sorotan paling tajam tentu saja soal pemilihan pelatih. Dimulai dari keputusan mengherankan saat secara tiba-tiba mengganti Alfred Riedl. Catatan bagus selama Piala AFF 2010 dianggap percuma karena pelatih asal Austria itu dikontrak pengurus lama.

Salah Pilih?
Publik sedikit terhibur kala mengetahui pengganti Riedl adalah Wim Rijsbergen, eks asisten Leo Beenhakker yang menukangi Trinidad & Tobago di Piala Dunia 2006. Wim juga sempat memperkuat Belanda di Piala Dunia 1974 dan 1978. Permainan menyerang nan menghibur ala total voetbal Belanda sontak terbayang bakal diterapkan timnas.

Faktanya terbalik 180 derajat. Dari 11 kali bertanding (rinciannya, 2 laga fase kedua Prakualifikasi Piala Dunia, 4 laga uji coba, dan 5 laga grup PPD), rekor Wim 2-4-5. Sialnya, 4 dari 5 kekalahan itu dialami di laga Grup E PPD.

Catatan ini jadi tambah buruk jika ditambah rekor gol. Dari 11 laga bersama Wim, timnas ‘hanya’ mencetak 10 gol. Ini artinya rasio gol timnas cuma 0,90%. Bandingkan dengan lebih dari 20 gol yang bersarang ke gawang timnas. Jika disusutkan pada laga PPD saja, rekor gol ini jadi semakin buruk. Dari total 7 partai, timnas mencetak 7 gol dan kebobolan lebih dari 15 gol!

Jelas ini bukan catatan bagus bagi seorang pelatih asal negara penganut sepak bola menyerang. Ketika akhirnya menggeser posisi Wim, sebenarnya secara tak langsung PSSI mengakui Wim bukan pelatih yang tepat untuk timnas.

Rotasi Membingungkan
[caption id="" align="alignleft" width="496" caption="Aji Santoso, salah satu korban kisruh PSSI."][/caption]Setelah Wim digeser, sosok yang paling layak melanjutkan tongkat kepelatihan timnas senior adalah pelatih lokal Rahmad Darmawan. Track record-nya di level klub, serta kesuksesannya menangani timnas U-23 di SEA Games 2011—hanya kalah adu penalti dari Malaysia di final, menjadikan RD kandidat kuat pelatih timnas senior. Sayang, PSSI berkeras tak mau memakai pemain ISL sehingga RD memilih mundur.

Nah, kejadian selanjutnya yang sedikit membingungkan. Posisi pelatih timnas senior yang lowong diserahkan pada Aji Santoso. Menjadi membingungkan karena Aji baru beberapa bulan menangani timnas, itupun sebagai asisten pelatih tim U-23.

Sebagai pemain, rasanya tak ada yang meragukan kualitas dan kemampuan Aji. Namun sebagai pelatih timnas? Nanti dulu. Kombinasi antara kurangnya pengalaman pelatih dan minimnya jam terbang pemain adalah penyebab Indonesia dibantai 0-10 oleh Bahrain.

Dari sesama eks asisten RD, Widodo Cahyono Putro rasanya lebih baik dari Aji. Ini jika dilihat dari pengalaman menangani timnas. Sebelum menjadi asisten RD, Widodo adalah asisten Riedl di timnas senior. Ditambah pengalamannya sebagai asisten pelatih timnas sepanjang 2006-2008, jam terbang putra Cilacap ini jelas lebih meyakinkan.

Uniknya, alih-alih kembali mengangkat Widodo ke timnas senior atau setidaknya menunjuknya sebagai pelatih tim U-23, PSSI malah menggeser Widodo ke tim U-21. Lebih mengherankan lagi karena Liestiadi yang menjadi asisten Widodo. Ingat, dulu PSSI begitu membela Liestiadi—juga Wim—yang diragukan kapabilitasnya sebagai asisten pelatih timnas senior. Apakah ini berarti PSSI mengakui kalau eks asisten pelatih PSM Makassar ini masih harus banyak belajar dari seniornya seperti Widodo? Entahlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun