Selain mereka, ada dua guru lain yang juga berpengaruh. Ibu Etty, guru Biologi kelas 3 SMA, mengajar pelajaran Genetika dengan suara lantang dan sistematis sehingga materi yang baru diajarkan menjadi jelas.Â
Bapak Mamad, guru Matematika, mengajar dengan sabar sehingga pelajaran menjadi lebih mudah dipahami. Saya ingat, sebagai wali kelas 3, beliau pernah bertanya tentang rencana studi saya. Saat itu, saya bercanda ingin kuliah di luar negeri, yang akhirnya menjadi kenyataan setelah menyelesaikan S1 di dalam negeri.
Hampir semua guru di SMA adalah guru-guru yang cemerlang, seperti Ibu Nani, guru Bahasa Indonesia, yang mengubah pribadi siswa dari pemalu menjadi berani berbicara di depan umum, dan Bapak Budiman, guru Agama, yang mendidik karakter dan budi pekerti.Â
Namun, saya ingin menyoroti peran guru-guru sains alam yang telah berhasil menanamkan kesukaan siswa terhadap ilmu dasar. Saya berpikir, jika saya tidak diajar oleh guru-guru yang berkualitas, mungkin saya tidak akan diterima di perguruan tinggi idaman.Â
Setelah lulus SMA Negeri 4 Bandung, saya diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur tes masuk. Semua guru memberikan peran signifikan atas keberhasilan ini.
Dari pengalaman nyata bersekolah di lingkungan yang kompetitif (SMA Negeri 4 , Jl Gardujati, Bandung) dan diajar oleh guru-guru yang berdedikasi, saya belajar bahwa pendidikan yang baik dapat menghasilkan siswa yang mencintai pelajaran.Â
Tentu saja, ini memerlukan respon positif dari siswa, yang juga harus aktif belajar. Guru yang berhasil adalah yang mampu menanamkan kecintaan pada pelajaran, sehingga menjadi jalan menuju masa depan yang gemilang bagi siswanya. Pengalaman ini mengajarkan kita bahwa dedikasi guru dan usaha siswa adalah kunci kesuksesan dalam pendidikan.