Mohon tunggu...
Darwin KangGURU
Darwin KangGURU Mohon Tunggu... Dosen - Agroteknologi, Universitas Lampung

"PEMBELAJAR Pendidik dan PENDIDIK Pembelajar". Menulis di Kompasiana untuk menunaikan misi hidup dan menisbahkan diri dengan zaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Penanganan Pascapanen Bawang Putih Mendukung Ketahanan Pangan

25 November 2024   10:36 Diperbarui: 25 November 2024   10:41 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siung bawang putih. Sumber" Trubus.Id 2024 

Allicin (diallyl-thiosulfinate) merupakan salah satu senyawa utama bawang putih yang dianggap aktif secara biologis. Respon biologisnya meliputi pengurangan faktor risiko penyakit kardiovaskular dan kanker, stimulasi fungsi kekebalan tubuh, peningkatan detoksifikasi senyawa asing, pemulihan kekuatan fisik, penurunan kolesterol, ketahanan terhadap berbagai stres dan potensi efek anti penuaan ( Amagase dkk, 2001). Konsumsi bawang putih berkorelasi dengan penurunan risiko kanker, dan ekstrak serta komponennya secara efektif memblokir tumor. Suplemen bawang putih yang tersedia secara komersial terbagi dalam empat kategori yaitu bubuk bawang putih, minyak bawang putih, minyak maserasi bawan putih, dan ekstrak bawang putih tua.

Allinase mengeluarkan molekul bioaktif yang sangat reaktif dan mudah menguap. Ludlow dkk (2021), mengatakan bahwa allinase sangat berpengaruh bagi perusahaan bioteknologi yang mengektraksi senyawa organosulfur yang berasal dari allinase atau allicin bawang putih. Uddin dkk (2003), mengatakan bahwa kondisi penyimpanan pascapanen terbukti mempengaruhi aktivitas allinase pada bawang merah. Ludlow dkk (2021), menyatakan bahwa aktivitas allinase tetap lebih tinggi pada umbi yang disimpan pada suhu 22 oC dibandingkan dengan umbi yang disimpan pada suhu -1,5 oC.

Aktivitas allinase juga menghasilkan jumlah kadar air yang berbeda. Penyimpanan bawang putih pada suhu 0 oC dan pada kelembaban 70% menyebabkan penurunan berat 3,6-5% selama 190 hari. Sunanta dkk, (2021) menjelaskan bahwa kadar air bawang putih segar menurun drastis dari 72 menjadi 50% setelah dikeringkan pada suhu 29 oC selama 60 hari. Karena hanya ada dua siklus panen bawang putih per tahun, petani bawang putih harus mempertimbangkan pengawetan bawang putih. Pengeringan ditempat teduh lebih optimal dibandingkan dengan penjemuran dibawah sinar matahari untuk menjaga kualitas bawang putih.

Kesimpulan yang didapat dari makalah ini ialah bawang putih dapat disimpan 0oC hingga 1oC dan kelembapan relatif 60--70% dan dapat disimpan lebih dari 9 bulan. Penanganan pascapanen bawang putih dapat membantu mengoptimalkan penggunaan sumber daya seperti air, energi dan tanah, pemanfaatan sisa-sisa bawang putih seperti daun dan tangkai bisa dibuat menjadi pupuk organik dan pakan ternak, dan pertanian bawang putih dapat menjadi lebih produktif dan dapat diandalkan dalam jangka panjang sehingga bawang putih dapat menunjang pertanian berkelanjutan (Sustainable Agriculture) dan menunjang ketahanan pangan (Food Security).

Catatan penulis: Karya tulis popular ini telah diuji kemiripannya dengan "Turnitin Similarity Index" yaitu 2 %. Data Daftar Pustaka dan Data Turnitin tersedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun