Mohon tunggu...
Darwin KangGURU
Darwin KangGURU Mohon Tunggu... Dosen - Agroteknologi, Universitas Lampung

"PEMBELAJAR Pendidik dan PENDIDIK Pembelajar". Menulis di Kompasiana untuk menunaikan misi hidup dan menisbahkan diri dengan zaman

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Teknologi Penyimpanan Kentang Menunjang Ketahanan Pangan

25 Oktober 2024   09:49 Diperbarui: 25 Oktober 2024   09:52 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kentang di penyimpanan. Sumber: dokpri Watini Hefri Jayanti (2024)

Umbi kentang yang baru dipanen masih tergolong organisme yang terus melakukan proses metabolisme. Sehingga akan terjadi proses perubahan komposisi kimia didalam umbiyang dapat menyebabkan kerusakan produk. Salah satu bentuk kerusakan yang tidak dapat dihindari pada kentang pascapanen adalah peningkatan kadar gula Proses konversi pati menjadi gula memberikan pengaruh pada laju respirasi dan transpirasi umbi, Oleh karena itu, penanganan pascapanen yang tepat sangat penting untuk meminimalkan laju respirasi dan transpirasi agar komposisi kimia umbi kentang dapat dipertahankan. (Kusumiyati, et al 2017).

Lama waktu penyimpanan umbi kentang mampu merangsang pertumbuhan tunas pasca panen. Kehadiran tunas pada umbi akan mempegaruhi kadar glukosa saat periode simpan. Kemunculan tunas akan menurunkan kadar gula pada umbi selama masa simpan. Hal ini disebabkan karena tunas membutuhkan suplai energi untuk proses pertumbuhannya, sehingga karbohidrat yang ada pada umbi akan terpecah menjadi glukosa yang ditranslokasikan pada tunas kentang. Energi yang berasal dari proses perubahan karobohidrat menjadi gula sederhana akan merangsang proses pertumbuhan tunas jika umbi tersebut disimpan dalam jangka waktu yang lama. (Asgar dkk, 2010). Akibatnya pengendalian kondisi penyimpanan umbi kentang sangat penting untuk mencegah pertumbuhan tunas dini yang dapat menurunkan kualitas umbi.

Kerusakan umbi kentang selama masa penyimpanan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti suhu penyimpanan, sirkulasi udara, dan cara penumpukan umbi. Penumpukan umbi yang terlalu tinggi akan mengakibatkan proses sirkulasi udara menjadi tidak baik, udara di dalam gudang penyimpanan menjadi lebih lembap. (Jufri, 2011). Kondisi udara yang lembap mendukung perkembangan hama dan penyakit pada umbi. Bagi petani, teknik pengawetan umbi kentang segar yang sederhana dan hemat biaya masih menggunakan cara konvensional (tradisional).

Salah satu pendekatan yang layak adalah dengan menerapkan sistem pendinginan evaporatif, teknik yang telah digunakan sejak 2500 SM. Pendinginan evaporatif memanfaatkan penguapan air yang menghasilkan efek pendinginan besar jika penguapan berlangsung cepat, mirip dengan yang dilakukan oleh orang Mesir kuno. Teknologi pendinginan evaporatif dapat dilakukan secara langsung Menggunakan (Direc Evaporative Cooling) DEC atau secara tidak langsung menggunakan (Indirect Evaporative Cooling) INDEC. DEC Akan membuat proses pergerakan udara melalui media yang basah untuk menjadi tempat penguapan dan pendinginan. Penyimpanan umbi kentang dilalalui udara dingin yang bergerak dan didistribusikan (Enews, 2010). Sementara itu, INDEC menggunakan prinsip pertukaran panas, di mana udara dingin dan lembap digunakan untuk mendinginkan udara kering yang masuk ke area penyimpanan umbi, sekaligus mengeluarkan udara panas. Penelitian Poku et al. (2017) menunjukkan potensi penerapan teknologi ini untuk penyimpanan umbi kentang.

Sebagai intisari dari tulisan ini ialah bahwa penanganan pascapanen sayuran kentang yang baik untuk menjaga kualitas kentang meliputi kegiatan penyesuain tempat penyimpanan dan suhu penyimpanan. Penyimpanan menggunakan direct evaporatif  cooling/DEC dapat dikatakan sebagai teknologi yang mampu memperpanjang umur simpan pada sayuran kentang. Penyimpanan DEC yang baik ialah dengan teknik langsung atau biasa disebut dengan semburan dapat menurunkan suhu udara. Penerapan metode DEC dapat membantu menciptakan system pertanian yang bekelanjutan.

Teknologi pendinginan evaporatif tidak hanya mampu menciptakan ketahanan pangan yang efektif, tetapi juga sangat bermanfaat untuk komoditas tanaman seperti kentang yang kaya akan sumber karbohidrat. Penerapan teknologi ini dapat memperpanjang masa simpan produk kentang sehingga nilai gizi dan kualitas pangannya, selain itu menjamin ketersediaan pangan, teknologi pendinginan evaporatif juga berperan dalam mempertahankan mutu dan kualitas pangan, khususnya pada komoditas kentang yang rentan mengalami kerusakan pasca panen.

Catatan penulis: Karya tulis popular ini telah diuji kemiripannya dengan "Turnitin Similarity Index" yaitu 1 %. Data Daftar Pustaka dan Data Turnitin tersedia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun