Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Bahasa Menunjukkan Bangsa

19 November 2012   02:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:05 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh drh Chaidir

TUTOR bahasa Italia di kelas kami di Reggio Emilia, dua puluh tahun silam, bergurau dengan menyebut, bahwa bangsa Italia dan Inggeris dipisahkan oleh dua perkara, yaitu bahasa dan sepakbola. Liga Premier di Inggeris dan Serie A Italia adalah dua kutub yang berbeda.

Orang Italia bilang bahasa Inggeris itu susah, orang Inggeris bilang bahasa Italia itu yang susah. Tapi pelatih top Italia pernah berkibar di Inggeris seperti Fabio Capello (Timnas) dan Carlo Ancelotti (Chelsea). Sekarang Roberto Di Matteo dan Roberto Mancini sukses sebagai pelatih Chelsea dan Manchester City. Sebaliknya jarang pelatih Inggeris yang sukses di Serie A, penyebabnya mudah diterka, sebagian besar pemain di Serie A hanya bisa berbahasa Italia.

Namun, bidal "Bahasa menunjukkan bangsa" tidak hanya bermakna orang Italia berbahasa Italia, orang Inggeris berbahasa Inggeris, orang Tionghoa berbahasa Tionghoa. Sebab, kalau "bangsa" dalam bidal itu diartikan sempit melulu sebagai "nation", maka akan meleset. Sebab, bangsa Amerika atau Australia berbahasa Inggeris. Swiss berbahasa Prancis. Aljazair Dan Maroko berbahasa Arab dan Prancis. Singapura misalnya, berbahasa Melayu, Inggeris, Mandarin dan Tamil.

"Bangsa" dalam bidal tersebut agaknya lebih tepat dipakai dalam arti luas, menunjuk apakah orang atau suatu kelompok termasuk golongan masyarakat yang berbangsa atau bukan. Cara seseorang bertutur bahasa, bisa memberi gambaran apakah orang tersebut terhormat, terpelajar atau bukan. Strata pendidikan tidak menjamin apakah seseorang itu otomatis menjadi orang terhormat, terpelajar atau intelektual. Semua dinilai dari tutur bahasanya.

Oleh karena itu hati-hati menggunakan kata-kata pungut, atau kata-kata yang berasal dari bahasa asing. Masyarakat kita sering latah. Misalnya, kata introspeksi salah disebut intropeksi. Antisipasi disebut antipasi. Kontribusi disebut konstribusi. Kadang-kadang hanya masalah sebuah huruf "S" bisa menjadi bahan tertawaan. Seorang bupati di sebuah negeri antah berantah, konon dalam sebuah pidato berulangkali menyebut intropeksi dan antipasi. Ajudannya gerah dan segera membisikkan, "Pak, kurang 'S' Pak". Mendengar bisikan itu sang Bupati dengan bersemangat meneruskan pidatonya, "hadirin sekalian, ada yang membisikan kurang es, oleh karena itu saya akan bangun pabrik es." Kata Bupati mantap.

PON Riau 2012 lalu meninggalkan banyak PR. Salah satu yang luput dan perlu diluruskan dari sudut kebahasaan adalah penggunaan kosa kata"venue" dan "iven". Venue (bahasa Inggeris, dibaca venyuw atau venyuws kalau jamak), sering latah diucapkan sebagai 'pinus' atau 'penus', padahal ada padanannya yang bagus dalam bahasa Indonesia, yaitu arena. Kata iven juga sering diucapkan dan ditulis media, maksudnya adalah event (Inggeris, dibaca ivent), berarti pertandingan atau perlombaan. Padanan bahasa Indonesia untuk dua kata Inggeris tersebut sebenarnya terasa lebih bagus dan nyaman, jauh dari kesan snob. Ciyuus.

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun