Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Histeria Piala Eropa

12 Juni 2012   11:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh drh Chaidir

EROPA tak henti-hentinya memanjakan selera penggemar sepakbola di seantero jagat raya, termasuk Indonesia. Ketegangan lomba penentuan juara Liga Premiere Inggris beberapa pekan lalu yang dimenangkan oleh Manchester City hanya beda selisih gol dari rival sekotanya Manchester United, rasanya masih sayang untuk dilupakan. Disusul kemudian final Liga Champion yang amat mendebarkan antara tuan rumah Bayern Munchen melawan Chelsea, yang dimenangkan oleh Chelsea secara amat dramatis. Dua kali Bayern Munchen unggul. Pertama dalam masa normal. Kedua dalam dua tendangan awal adu penalti. Namun kemenangan Bayern Munchen yang sudah di depan mata, direnggut oleh anak-anak asuhan Roberto di Matteo. Chelsea pulang ke London dengan membawa Piala Liga Champion.

Tiga pekan ke depan, mulai 6 Juni sampai tanggal 3 Juli, Benua Eropa menyelenggarakan pula Piala Eropa, yang disebut-sebut kejuaraan paling akbar di dunia setelah Piala Dunia. Tidak heran karena 16 tim yang lolos babak kualifikasi dan bertanding di babak final adalah tim-tim tangguh yang memiliki pemain-pemain handal. Bahkan negara-negara yang tak bisa dianggap enteng seperti Turki, Austria, Belgia, Skotlandia, Norwegia, Bulgaria, dan Yugoslavia terpaksa jadi penonton.

Putaran pertama saja dalam tiga hari ini, sudah menghadirkan ketegangan ketika tuan rumah Polandia yang kelihatannya bakal menang besar melawan Yunani yang terpaksa bermain 10 orang ternyata berakhir seri 1-1. Favorit Belanda yang bertabur bintang (antara lain Robben, Dick Kuyt, Robie van Persie dan Sneijder) bahkan ditumbangkan oleh Denmark. Juara Dunia Spanyol, nasib baik bisa menyamakan skor 1-1 melawan tim Italia yang sedang babak belur dilanda kasus pengaturan skor jilid 2 yang dikenal dengan istilah "Calcioscommesse" yang menyebabkan beberapa bintangnya dicoret dari tim Azurri. Ketika kolom ini ditulis, dua raksasa Inggris dan Prancis yang bakal terlibat perang bintang, sedang bersiap-siap melakukan pemanasan.

Para pencandu sepakbola di Indonesia memang terpaksa mengubah ritme agenda rutinnya selama tiga pekan ini, karena setiap malam begadang terjangkit histeria Piala Eropa. Tapi tak masalah. Yang selalu membuat galau adalah, setiap kali ada event besar sepakbola, setiap kali pula kita bertanya pada diri sendiri, kapan Indonesia memiliki taraf sepakbola yang tinggi seperti Eropa? Kapan kita memiliki pemain-pemain yang layak bertarung di liga-liga Eropa seperti pemain nasional Jepang Shinji Kagawa, Honda, Hidetoshi Nakata, atau pemain Korea Selatan Park Ji-Sung yang sudah beberapa musim bermain di Manchester United? Memang ada pemain yang berdarah Indonesia, yaitu pemain gelandang Cagliari, Radja Nainggolan, tapi pemain ini berkebangsaan Belgia, lahir dan besar di Belgia. Konon boss Cagliari, Massimo Cellino, akan melepas Radja Nainggolan ke Juventus atau klub Rusia, Zenit St Petersburg, dengan catatan klub tersebut mau membayar transfer sebesar 18 juta eruo (211 miliar rupiah).

Seiring Piala Eropa, berita baik datang dari Malaysia beberapa hari lalu, ketika dua kubu dalam tubuh persepakbolaan Indonesia yang sebelumnya berseteru telah berdamai di bawah bendera Asian Football Confederation. Dengan demikian ke depan PSSI diharapkan lebih fokus mengurus persepakbolaan kita sebagai langkah awal menuju ke panggung dunia. Kalau semuanya berlapang dada demi persepakbolaan nasional, tak ada kusut yang tak terungkai.

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun