Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bungkuk Udang

30 Mei 2012   13:10 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:35 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh drh Chaidir

TANYALAH udang, mengapa bersembunyi di balik batu? Pasti jawabannya, "Kami tidak bersembunyi, itu rumah kami. Rumah kami luas tak bertembok tebal, tak berpagar tinggi seperti rumah kalian makhluk manusia. Kami menyukai sungai jernih berarus yang berbatu-batu. Kami hidup tenteram di sana, sampai kalian mengejar-ngejar. Puluhan bahkan mungkin ratusan ekor terman kami di Batang Kuantan, Batang Kampar dan Batang Rokan, kalian tangkap tiap hari."

"Kami tidak bodoh seperti yang kalian sangka. Bahkan kami bisa berjalan mundur dan melompat ke belakang dengan sangat cepat. Apa kalian bisa melakukannya? Otak kami berbeda konstruksinya dengan otak kalian. Sistem otak kami disebut sistem syaraf tangga tali. Sebuah sistem syaraf yang sangat sederhana, terbuat dari dua tali syaraf. Andai nama kita di balik, kalian yang hidup di gedung-gedung itu yang bernama udang dan makhluk yang hidup di sela-sela bebatuan di sungai itu bernama manusia, maka udang yang tolol akan dijuluki udang berotak manusia. Iya kan?"

Panjang pula ceramah udang ini. Percaya? Untuk membuktikannya tanya sama udang di balik batu. Makhluk yang bernama manusia, memang kurang kerjaan membuat peribahasa, "Ada udang di balik batu." Itu berarti setiap ada batu, pasti ada udang di sebaliknya. Padahal belum tentu ada udang. Makna peribahasa itu, kalau udang tahu, pasti mereka tertawa terpingkal-pingkal, sampai bertambah seksi bungkuk punggungnya. Ada udang di balik batu bermakna, orang yang berpura-pura baik, namun sebenarnya ada maksud terselubung. Orang tersebut tidak tulus. Ada agenda-agenda tersembunyi yang disusupkan.

Seorang yang tidak biasa-biasanya beranjangsana, tiba-tiba rajin berkeliling keluar masuk kampung, lengkap dengan buah tangannya, pasti ada maksud sesuatu. Barangkali sedang mencari calon menantu, Atau sedang survei calon istri nomor dua atau tiga. Dana bantuan sosial APBD yang dibagikan oleh penguasa atau politisi selalu diiringi dengan pesan-pesan sponsor. Mana ada makan siang gratis, kata orang bule. Hubungan aksi-reaksi seperti itu sangat tepat digambarkan dalam pribahasa, ada udang di balik batu. Ada harapan yang lebih besar atau lebih menguntungkan dari suatu perbuatan atau budi yang ditanam. Kalau tujuan yang tersembunyi itu tidak mengorbankan kepentingan umum, tidak jadi masalah. Tapi bila maksud tersembunyi itu sarat dengan kepentingan pribadi, maka udang di balik batu menjadi negatif.

Udang juga punya stigma negatif dengan otaknya. Bukan karena otaknya berada di dengkul, sebab udang tidak punya dengkul. Tapi masalahnya, kepala udang berfungsi sebagai perut, atau dengan kata lain perutnya ada di kepala, dan tentu saja "perut" ini berisi segala macam makanan,baik yang baru maupun yang lama. Ternyata tidak semua tengkorak kepala makhluk hidup di bumi ini berisi otak, seperti pemahaman umum manusia. Udang pengecualian, tengkoraknya tidak berisi otak tapi makanan. Entah apa rahasisanya. Oleh karena itu orang yang bodoh sering disebut berkepala udang.

Perihal kepalanya yang berisi makanan, konon dianggap aib bagi udang, sehingga ketika udang menertawai ikan karena tidak punya jepitan, ikan langsung membalas kontan dengan jurus jitu. Udang tak punya kepala yang bisa berpikir sehingga udang tidak bisa membedakan berjalan ke depan atau berjalan mundur. Udang juga berbadan bungkuk, dan udang sering tak sadar akan bungkuknya. Tapi aneh bin ajaib, makhluk laki-laki dewasa yang bernama manusia, justru sering tergila-gila mencari si bungkuk udang. Alamaaak.

Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun