Oleh drh. Chaidir
UNTUNG Menpora RI Andi Malarangeng tak hadir pada peresmian Tugu Countdown tanggal 9 September 2011 lalu. Kalau hadir alangkah besarnya malu masyarakat Pekanbaru sebab tugu yang diresmikan secara sangat meriah dan disaksikan ribuan masyarakat Pekanbaru itu ternyata tugu tak jelas.
Dua bulan bukan waktu yang terlalu lama untuk membuat masyarakat Pekanbaru lupa akan kemegahan acara seremonial persemian sang tugu. Semua koran harian di Pekanbaru memuat foto dan berita peresmian tugu monumental tersebut sebagai headline di halaman pertama.
Sehari sebelum peresmian, Ketua Harian PB PON, Syamsurizal yang juga Penjabat Walikota Pekanbaru menyebutkan, alasan Pemerintah Riau membangun Tugu Countdown adalah sebagai sebuah kebanggaan bagi masyarakat Riau, bahwa event empat tahunan nasional (PON) digelar di Bumi Lancang Kuning. “Yang lebih penting lagi, dengan pembangunan tugu itu, mematri rasa kegembiraan dan bangga masyarakat,” papar Syamsurizal, sebagaimana dikutip berbagai media di Pekanbaru.
Gubernur RZ yang juga Ketua Umum PB PON dengan bangga menyatakan, tugu tersebut memiliki makna penting dalam tonggak sejarah pembangunan di Riau, terutama dalam memperjuangkan PON di Riau untuk pertama kalinya sejak provinsi ini berdiri. “Tentu tugu ini akan menjadi saksi sejarah bagi anak cucu kita nanti, yang melihat bagaimana Riau sukses sebagai tuan rumah PON, sukses prestasi dan sukses secara ekonomi kerakyatan,” ujarnya.
Sebagaimana diberitakan secara luas, tugu setinggi 9 meter dengan jam digital besar di puncaknya, mulai dibangun tanggal 1 September 2011. Dan fantastis, hanya dalam tempo delapan hari, pada tanggal 8 September 2011 tugu selesai dan siap diresmikan pada malam harinya. Di dinding menara dilukis pula gambar logo PON XVIII Riau, buku mirip Al Quran dan ikrar masyarakat Riau. Entah masyarakat Riau yang mana, tapi tak apalah. Keseluruhan biaya, termasuk acara seremonial adalah Rp 1 miliar. Dana berasal dari sponsor.
Sebetulnya, tanda-tanda ada sesuatu yang tidak beres sudah mulai terkuak hanya sehari setelah peresmian megah itu terlaksana. Beberapa warga Pekanbaru yang penasaran karena tidak bisa hadir pada acara peresmian, khusus datang esok harinya untuk menyaksikan tugu yang digadang-gadang sebagai monument sejarah tersebut, namun apa lacur, jam digital sudah tidak berfungsi. Namun, Ketua Bidang Penyiaran dan Pelayanan Media PB PON XVIII Riau, Chairul Riski berkilah. Jam memang sengaja dimatikan sebab tugu itu akan direnovasi. Renovasi akan dilakukan oleh kontraktor yang sama tanpa penambahan anggaran. Mencium gelagat yang kurang beres, Anggota DPRD Provinsi Riau, AB Purba, sebagaimana dimuat sebuah media, mengkritisi dengan mempertanyakan sumber dana pembangunan tugu dan minta pembangunan sesuai dengan biaya yang dikeluarkan agar masyarakat tak kecewa.
Apa boleh buat, setelah dua bulan berdiri tak jelas, tugu mulai menampakkan belangnya. Menurut Deni Ermanto, salah seorang pengurus PB PON, dana pembangunan tugu ternyata dari APBD Riau dari pos PB PON berupa pinjaman. Yang mengejutkan, Sekda Provinsi Riau menyebut, tugu itu terbuat dari triplek. Ketua Harian PB PON Syamsurizal meningkah, tugu itu akan dibongkar dan akan diganti dengan tugu permanen. Di sekitar tugu akan dibangun taman. Dana akan ditanggulangi oleh sponsor. Siapa? “Hamba Allah,” ujar Syamsurizal. Entah buaya entah katak entah iya entah tidak.
Tentang Penulis : http://drh.chaidir.net
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H