Mohon tunggu...
Drh. Chaidir, MM
Drh. Chaidir, MM Mohon Tunggu... profesional -

JABATAN TERAKHIR, Ketua DPRD Provinsi Riau Periode 1999-2004 dan Periode 2004-2008, Pembina Yayasan Taman Nasional Tesso Nillo 2007 s/d Sekarang, Pembina Politeknik Chevron Riau 2010 s/d sekarang, Ketua Dewan Pakar DPD Partai Demokrat,Riau 2009 s/d 2010, Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Riau 2010 s/d 2015, Anggota DPRD Tk I Riau 1992 s/d 1997, Wakil Sekretaris Fraksi Karya Pembangunan DPRD Tk I Riau 1993 s/d 1998, Ketua Komisi D DPRD Tk. I Riau 1995 s/d 1999, Ketua DPRD Provinsi Riau 1999 s/d 2004, Ketua DPRD Provinsi Riau 2004 s/d 2008, Wakil Ketua Asosiasi Pimpinan DPRD Provinsi se-Indonesia 2001 s/d 2004, Koordinator Badan Kerjasama DPRD Provinsi se-Indonesia Wilayah Sumatera 2004 s/d 2008, Pemimpin Umum Tabloid Serantau 1999 s/d 2000, Pemimpin Umum Tabloid Mentari 2001 s/d 2007, Anggota Badan Perwakilan Anggota (BPA Pusat)AJB Bumiputera 1912 2006 s/d 2011, Ketua Harian BPA AJB Bumiputera 1912 (Pusat)2010 s/d 2011, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jurusan Ilmu Pemerintahan UIR Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Luar Biasa FISIPOL Jur Ilmu Komunikasi Univ Riau Pekanbaru 2009 s/d sekarang, Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi DWIPA Wacana 2011

Selanjutnya

Tutup

Nature

Bravo Greenpeace

8 Juli 2011   22:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:49 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh drh Chaidir
KAPAL Greenpeace “Rainbow Warriors” diserang oleh aparat keamanan Prancis, kapal tersebut tenggelam dan satu orang aktivis Greenpeace tewas. Peristiwa itu terjadi pada 1985 di Oceania, ketika Greenpeace memprotes uji coba nuklir Prancis. (The Webster’s International Encyclopedia, Triden Press International, Florida, 1996:456).
Insiden itu bukan malah menciutkan nyali aktivis Greenpeace, peristiwa demi peristiwa dramatis kemudian terjadi seakan tak habis-habisnya mengiringi aksi-aksi protes para pencinta lingkungan hidup ini. Tak peduli di belahan bumi manapun, bila terjadi perusakan alam serius dan sistemik, mereka akan datang unjuk kepedulian melalui aksi-aksi yang seringkali membahayakan diri sang aktivis. Untuk penyelamatan lingkungan hidup mereka seakan punya nyawa berlebih. Tahun lalu, aktivis Greenpeace ini mengunci dirinya pada tali jangkar kapal pengangkut CPO (crude palm oil – minyak sawit mentah), yang diduga hasil perkebunan yang berasal dari penebangan hutan alam dan pembukaan lahan secara illegal.
Beberapa hari lalu, tiba-tiba aktivis lingkungan hidup internasional Greenpeace ini sudah berada di tengah hutan rawa gambut, Semenanjung Kampar, Kab Pelalawan. Tak tanggung-tanggung, artis Hollywood, Melanie Laurent, adalah salah seorang dari aktivis tersebut. Seperti lazimnya, mereka melakukan protes atas penebangan hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar itu melalui aksi heroik dengan menguncikan dirinya pada alat-alat berat yang dipergunakan oleh pihak perusahaan yang melakukan penebangan hutan di lahan gambut tersebut.
Dari lahan rawa gambut yang penuh nyamuk, lintah dan ular tersebut mereka membuka mata dunia. Semenanjung ini sedang merana, terancam gundul dibabat oleh manusia yang lebih mementingkan fulus, fulus dan fulus ketimbang masa depan planet ini. Aktivis Greenpeace menghamparkan sebuah baliho raksasa. Para maniak baliho di daerah ini, seumur-umur, belum pernah membuat baliho ukuran 20x30 meter seperti yang dibuat Greenpeace. “OBAMA, YOU CAN STOP THIS”, begitu tertulis. Singkat dan jelas pesannya: Obama, Anda dapat menghentikan ini. Begitu mencoloknya baliho tersebut di tengah hutan gambut yang sedang porak-poranda itu – andai Presiden Obama terbang melintasi Semenanjung Kampar dengan jet US Air Force One – dari ruang angkasa Presiden Obama akan bisa membacanya. Tetapi itu tentu tidak perlu. Tidak pun Air Force One mengangkasa, pesan tersebut sudah pasti sampai ke Presiden Obama. Dan Presiden Obama pasti mengucapkan: “Siminenjang Kaemper”.
Terlepas dari pro-kontra keberadaan aktivis Greenpeace di Semenanjung Kampar, mereka telah berhasil “membangunkan” kita, bahwa masalah perusakan lingkungan hidup, tidak main-main. Dalam era globalisasi sekarang, kita tak lagi bisa berteriak, “right or wrong is my country” (betul atau salah adalah negeriku). Lahan gambut itu menjadi asset dunia. Apatah lagi lahan gambut di Semenanjung Kampar dengan luas 700 ribu hektare itu adalah dataran rendah terluas di Sumatera dan merupakan bagian penting dari rawa gambut Indonesia yang menempati urutan ke empat terbesar di dunia setelah Canada, Rusia dan AS.
Sayang, masalah Semenanjung Kampar mencuat bersamaan perseteruan CICAK-Buaya dan kasus Bank Century, jadi kalah heboh.
Pekanbaru 23 November 2009

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun