fungsi ritual, yang dimana sejak dahulu drama di buat sebagai seni pertunjukan yang ditampilkan biasanya masih berdiri pada suatu aturan-aturan tradisi. misalnya sesaji sebelum pementasan wayang, ritual-ritual bersih desa dengan seni pertunjukan dan sesaji tertentu, pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar selama pertunjukan dan lain-lain. Sebagai media pendidikan, pertunjukan tradisional mentransformasikan nilai-nilai budaya yang ada dalam seni pertunjukan drama tersebut.
Media pendidikan, seni pertunjukan drama (tradisional) (wayang kulit, wayang orang, ketoprak) sebenarnya sudah mengandung pada hakikat seni pertunjukan itu sendiri, dalam perwatakan tokoh-tokohnya dan juga dalam ceritanya. misalnya pertentangan yang baik dan yang buruk akan dimenangkan yang baik, kerukunan Pandawa, nilai-nilai kesetiaan dan lain-lain.
Media penerangan ataupun kritik sosial, baik misalnya pada sebuah pesan-pesan pembangunan, penyampaian informasi dan lain-lain. Rakyat dapat mengkritik pimpinan atau pemerintah secara tidak langsung misalnya lewat adegan goro-goro pada wayang atau dagelan pada ketoprak.
Hal ini disebabkan adanya anggapan mengkritik (lebih-lebih) pimpinan atau atasan adalah "tabu". Melalui sindiran atau guyonan dapat diungkap tentang berbagai ketidakbenaran yang ada, tanpa menyakiti orang lain.
Menghibur penonton, seni pertunjukan drama dapat pula berfungsi untuk menghilangkan stres dan menyenangkan hati. Sebagai tontonan atau hiburan seni pertunjukan drama Pertunjukan ini diselenggarakan benar-benar hanya untuk hiburan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H