Memperoleh ijazah perguruan tinggi dengan gelar akademik yang menyertainya merupakan ujung bagi seorang mahasiswa dari rangkaian perjalanan akademik di dunia akademik. Merayakan keberhasilan perjuangan akademik patut dirayakan dengan penuh rasa syukur, suka cita dan meriah. Bagaimanapun, ia berhasil melewati salah satu dari banyak fase akademik yang menemaninya dalam perjalanan ke universitas.
Meski harus diakui bahwa jenjang sarjana bukanlah perhentian terakhir dari perjalanan akademik yang bersangkutan, melainkan babak baru dalam perjalanan menuju kehidupan nyata mata kuliah, yang tentunya berbeda dengan dunia kampus.
Berkaitan dengan perkuliahan, tentunya kamu akan mencari pekerjaan setelah lulus, terutama pekerjaan kantoran. Pengangguran mungkin adalah kata yang paling menyakitkan bagi para peneliti. Peneliti mencoba melamar pekerjaan kesana kemari dengan gelar sarjana hanya untuk melampirkan status PNS atau PNS. Tapi banyak yang menganggur karena tidak bisa mendapatkan "pekerjaan kantoran".
Lalu pertanyaan selanjutnya, apakah mahasiswa sudah siap untuk "pekerjaan kantoran"? Apakah gelar sarjana membuat lulusannya malu pada hal lain selain "kantor"? Kita harus memperbaiki asumsi dasar seperti itu bersama-sama.
Universitas tentu bukan untuk bekerja, tapi kuliah tentu untuk mengejar ilmu. Namun, pekerjaan tidak harus terikat dengan gelar. Para peneliti mencoba untuk mendapatkan "pekerjaan kantoran" bahkan jika mereka tidak sesuai dengan gelarnya, dalam hal ini pekerjaan mereka nantinya tidak menghasilkan produktivitas yang signifikan dan efisiensi mereka terus memburuk.
Kondisi ini tentu saja merugikan para peneliti di bidang yang tidak biasa mereka geluti, dan masih terikat pada ruang yang tidak bisa mereka kreasikan.
Secara kolektif, lulusan tidak lagi mencari pekerjaan, melainkan "menciptakan" lapangan kerja dimana lulusan dapat membantu mengurangi pengangguran daripada menambah pengangguran. Namun Anda tidak boleh salah mengartikannya jika Anda memiliki kesempatan untuk menjadi seorang karyawan atau PNS setelah menyelesaikan studi Anda.
Sangat disayangkan bahwa peneliti hanya mengandalkan kertas yang ditandatangani oleh rektor dan tidak mau mempercayai kecerdasan dan kreativitasnya dalam profesi lain, misalnya dalam kewirausahaan. Peneliti akademik sejati terus melakukan penelitian sesuai dengan aplikasi bidangnya bahkan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Studi-studi ini terdaftar dan dilindungi oleh hak cipta.
Bagi sebagian orang, kelulusan seringkali menjadi ironi yang menimbulkan rasa bangga dan takut sekaligus. Bangga karena telah mencapai tujuan belajar dengan baik dan sempurna, namun seringkali menimbulkan rasa takut karena ada ketidakpastian tentang apa yang harus dilakukan setelah lulus.
Kecemasan, kebingungan, ketidakamanan dan ketidakpastian terutama disebabkan oleh ketidaksiapan beberapa lulusan perguruan tinggi untuk babak baru dalam hidup mereka setelah lulus. Selain itu, bisa juga karena kurangnya visi, motivasi dan kepercayaan diri dalam mengejar kompetensi dalam dunia kerja dan masyarakat pada umumnya.
Gambaran langkanya lapangan kerja dan banyaknya pengangguran di negeri ini menjadi candaan yang beredar di benak para lulusan baru (new graduate).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H