Mohon tunggu...
Bunga Widrayani
Bunga Widrayani Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis dan Penulis

Penulis yang juga bekerja sebagai jurnalis televisi. Saat ini aktif menulis artikel opini, esai, dan biografi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Perfeksionisme, Dorongan untuk Meraih Kesempurnaan Memberi Dampak bagi Kehidupan

4 Juli 2024   20:00 Diperbarui: 4 Juli 2024   20:13 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : unsplash/katebezzubets

Ketika seseorang dibesarkan dalam lingkungan di mana kesempurnaan dianggap sebagai tujuan utama, mereka cenderung menginternalisasi nilai-nilai tersebut dan mengembangkan sifat perfeksionis.

Tekanan dari lingkungan sekitar, seperti sekolah, pekerjaan, atau masyarakat, juga dapat menjadi pemicu perfeksionisme. Ketika seseorang merasa perlu untuk memenuhi ekspektasi orang lain atau standar yang ditetapkan oleh lingkungan, mereka mungkin menjadi perfeksionis dalam upaya untuk memenuhi tuntutan tersebut. 

Beberapa orang memiliki predisposisi alami untuk menjadi perfeksionis karena faktor-faktor genetik atau karakteristik pribadi lainnya. 

Misalnya, orang yang memiliki kecenderungan untuk menjadi perfeksionis mungkin memiliki standar yang tinggi untuk diri mereka sendiri dan merasa tidak puas dengan hasil yang kurang dari sempurna. Pengalaman traumatis atau kegagalan dalam hidup seseorang juga dapat menjadi pemicu perfeksionisme. 

Seseorang yang pernah mengalami kegagalan atau trauma mungkin mengembangkan sifat perfeksionis sebagai cara untuk mengontrol lingkungan mereka dan mencegah terjadinya hal-hal negatif di masa depan. 

Beberapa orang memiliki kecenderungan kognitif untuk melihat dunia dalam kategori hitam-putih, di mana segala sesuatu harus sempurna atau tidak ada sama sekali. Kecenderungan ini dapat memperkuat sifat perfeksionis seseorang dan membuat mereka sulit menerima ketidaksempurnaan.

Meskipun ada banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi perfeksionis, penting untuk diingat bahwa perfeksionisme bukanlah sifat yang baku atau statis. Sifat ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal dan eksternal, dan dapat dikembangkan atau diubah melalui pemahaman diri, dukungan sosial, dan pengelolaan stres yang baik. 

Perfeksionisme, meskipun sering dianggap sebagai dorongan positif untuk mencapai hasil terbaik, juga dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan seseorang. 

Perfeksionisme yang tidak seimbang atau berlebihan dapat menyebabkan konsekuensi negatif yang meluas, mulai dari masalah kesehatan mental hingga gangguan hubungan antar pribadi. 

Salah satu dampak utama dari perfeksionisme yang berlebihan adalah tingkat stres yang tinggi. Orang yang perfeksionis cenderung merasa tertekan dan cemas karena terus-menerus mengejar kesempurnaan yang sulit dicapai. 

Tingkat stres yang tinggi ini dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental seseorang, meningkatkan risiko gangguan kecemasan, depresi, dan masalah kesehatan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun