Sudah satu minggu sejak ibu mengatakan mimpinya, aku sangat berhati-hati dengan dompetku takut dicopet maupun hilang. Kalau mau jujur yang ku rasakan antara percaya dan tidak percaya dengan mimpi ibu, tetapi tetap saja aku penasaran karena ibu sangat serius saat mengatakan mimpinya padaku.
Suara telepon mengejutkan lamunanku tentang mimpi ibu, kuangkat dan  kudengar suara Mas Bono diseberang sana.
" Ma, tolong transfer uang ke no rekening ini, sebesar 2,3 juta. Papa kena musibah, numbur sepeda motor barusan dan saat ini papa di Rumah Sakit ."
Aku tercekat. Satu lagi mimpi ibu menjadi nyata.
***
Pagi ini seperti biasanya aku dan ibu sibuk didapur menyiapkan sarapan buat Mas Bono dan kedua buah hatiku. Tak ada yang  lebih membahagiakanku selain berusaha sebaik mungkin mengurus  suami dan anak-anak. Kedua anakku tumbuh sehat dan pintar, mereka juga berprestasi.
Suamiku juga seorang yang sangat perhatian pada kami. Aku mengenal Mas Bono saat kami sama-sama bekerja pada  intansi yang sama. Mas Bono adalah atasanku, setelah menikah dan hamil atas permintaanya pula aku memutuskan untuk berhenti bekerja dan fokus pada masalah keluarga.
" Nduk, kamu sing hati-hati ya ," suara ibu mengejutkanku.
" Ada apa bu, Ibu mimpi lagi tentang aku ya ?, kataku sambil mendekati ibu.
" Bukan kamu yang ada di mimpi ibu, tetapi Nak Bono ," ibu terdiam sebentar.
" Ibu melihat seorang wanita membawa pakaian  suamimu, batik yang merah bata itu," lanjur ibu.