Siti Nurbaya mengucapkan kata itu sambil menghunus sebilah pisau tajam dari balik bajunya, lalu dia hujamkan  pisau itu kedada Samsul Bahri. Pemuda itu tidak bisa menghindarinya.Dan kemudian jatuh ketanah sambil bersimbah darah.
Tangan Siti Nurbaya gemetaran, pisau itu masih ditangannya dan meneteskan darah. Dia menatap Samsul Bahri yang sedang sekarat karna tusukan pisau Siti Nurbaya tepat di jantungnya.
Pemuda itu membuka matanya, bibirnya gemetar dan nafasnya mulai melemah.
" Dinda, dengarkanlah aku.  Aku hanya mencintaimu, dan aku rela mati untukmu. Aku memang seorang  pengecut yang takut lari denganmu. Yang tidak berdaya dengan ancaman dan tindasan lelaki tua itu. Dinda peluklah aku...! ".
Samsul Bahri menghembuskan nafasnya dipelukan Siti Nurbaya. Gadis itupun berteriak-teriak dengan sekuat tenaga. Tetapi semua orang sedang menikmati pesta dan musik yang ramai dikalahkan jeritan Siti Nurbaya.
Semua orang berpaling, dan musikpun berhenti.Mereka semua menghampiri Siti Nurbaya dan kekasihnya yang sudah tiada.
" Laki-laki tua dan jahat itulah yang membunuh kami, dia mengunakan kedudukannya , harta kekayaanya untuk membeliku jadi istrinya. Datuk adalah gambaran iblis jahat yang  memakai uang untuk membeli kehormatan ". pada saat itu Siti Nurbayapun menghujamkan pisaunya kedadanya sendiri.
Orang-orangpun langsung berhamburan melihat tontonan ngeri itu. Darah segar mengalir dari tubuh Siti Nurbaya. Diapun berkata dengan lemah.
" Jangan pisahkan kami, kami saling mencintai, dan kamipun rela mati bersama. Aku tidak akan mengijinkanmu menyentuhku. Dan aku akan menghantuimu seumur hidupmu kau tidak akan bisa memisahkan kami...". Gadis itupun menghembuskan nafasnya.
Pesta meriah itu menjadi pesta yang bersimbah darah. Datuk Maringgih terduduk, malam pertama yang dia bayangkan bersama Siti Nurbaya, pesta mewah yang dia siapkan untuknya hanya sia-sia belaka. Matanya merah. Dia telah kalah dari pemuda itu.
Malam telah menghilang dan sinar pagi menerpa dua jasat yang saling mencintai itu.Mereka saling mendekap.