Malam semakin larut, dan pesta iu semakin meriah. Datuk Maringgih melayani tamunya dengan bahagia. Lelaki tua itu seakan-akan ingin berteriak pada dunia bahwa dia adalah pemiliknya dan apapun yang dia inginkan akan menjadi nyata.
Siti Nurbaya berbisik pada gadis pengiring disebelahnya, gadis itupun mengangguk. Semua tamu sudah terlena dengan pesta , mereka mulai mabuk dan tidak sedikitpun memperhatikan mempelai wanitanya.
Siti Nurbaya melangkah meninggalkan pelaminan itu menuju taman belakang. Disana ada seorang pemuda yang sedang menatapnya tanpa berkedip dan meratapi nasibnya yang malang.
Samsul Bahri berjalan mengikuti Siti Nurbaya, menyibak pepohonan  dan menyelinap diantara dedaunan yang rimbun. Siti Nurbaya memeluk Samsul Bahri, air matanya mengalir begitu derasnya.
" Bawalah aku pergi, Aku hanya mencintaimu seorang saja. Bawalah aku kemana saja,menjauh dari iblis tua itu ",suara Siti Nurbaya sambil terbata-bata.Dia memeluk Samsul sangat erat.
" Ayo, bawalah aku kemana saja, kau lihat permata, intan berlian yang kupakai akan cukup untuk menghidupi kita bertahun-tahun ". tatapan Siti Nurbaya kosong karna kepanikan dan kepedihan yang dia rasakan.
" Pulanglah, kembalilah pada suamimu dan keluargamu. Aku sudah tidak mencintaimu lagi ." kali ini suara Samsul yang terbata-bata.
" Tidak, kau mencintaiku. Kulihat cinta yang tulus dimatamu, aku tidak percaya ucapanmu. Kau mencintaiku seperti aku mencintaimu. Aku tau, kita kalah karena kekuasaannya, keluargamu dan keluargaku yang menjadi taruhannya dan karena itu kau bilang tidak mencintaiku ", Siti Nurbaya menangis pilu.
Samsul melepaskan Siti Nurbaya dari pelukannya, Dia benar-benar tidak berdaya. Semua dipertaruhkan nasibnya dan dia tidak boleh egois memenangkan dirinya dan mengabaikan orangtua dan keluarganya.
" Menjauhlah dariku, aku sudah jijik melihatmu dan jangan pernah ingin menemuiku lagi ", Samsul dengan kasar mendorong tubuh Siti Nurbaya menjauh darinya.
" Ini bukan salahku, perjodohan ini bukan salahku.Mengapa kau menyakitiku dengan kata-katamu ?".