Mohon tunggu...
Bunga Shaina
Bunga Shaina Mohon Tunggu... -

♥ \r\nHave a nice day all....keep smiling & always positive thinking..... ♥ ♥ ♥ \r\nhttp://bungashaina.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sri, Dalam Kisah Hidupnya...

7 Juli 2011   15:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi bocah yang sangat pintar dan tampan. Tak ada seorangpun yang menyangka dia adalah keturunan budak di rumah itu .Budak di kediaman datuk Bhee.

Semakin besar anak itu semakin pintar saja, Rusli sangat memanjakannya. Tanpa dia sadari betapa berbedanya dia dengan anak laki-laki itu.

Ulah datuk semakin menjadi. Setiap ada kesempatan pasti dia akan memangilku kekamarnya. Aku sangat muak, seluruh tubahku telah mati rasa, air mataku tak ada harganya …

Aku lunglai berjalan kembali kekamarku,  aku bosan menyesali jalan hidupku, tetapi aku harus selalu hidup, selalu tegar, karna ada bocah 6 tahun yang harus kulindungi .

” emak , kenapa duduk disini…?” aku tersentak kaget mendengar suara Azzi anakku yang tiba-tiba muncul dihadapanku.

”  kamu belum tidur, Nak..??” tanyaku sambil mengandeng tangannya.

“blum mak, ayo kita tidur…” katanya sambil mendekapku…

Sudah empat hari Datuk Bhee menghilang, semua menjadi geger…. seluruh anak-anaknya mencari kemana-mana , mereka berkumpul di pendopo rumah megah itu. Kemana perginya datuk  ?? semua kerabat sudah dihubungi , tetapi belum ditemukan keberadaan datuk Bhee.

Akhirnya keluarga memutuskan untuk melaporkan pada Polisi, tentang hilangnya datuk Bhee. Rumah menjadi sangat  sibuk, karena banyak sekali polisi yang datang untuk mengintrograsi siapa saja yang melihat datuk Bhee terakhir kalinya.

” kenapa banyak sekali polisi mak….??” tanya Azzi padaku .

” mereka mencari datuk, karena datuk pergi belum juga pulang…” jawabku sekenanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun