Mohon tunggu...
Bunga Rohma
Bunga Rohma Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya lahir di Sidoarjo dan saya sekarang lagi kuliah di salah satu Universitas di Jawa Timur yaitu Universitas Airlangga.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menulusuri Jejak Ekonomi Kota Denpasar Bali, dari Masa Kerajaan hingga Era Modern

10 Juli 2024   07:50 Diperbarui: 10 Juli 2024   12:11 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Denpasar, ibu kota Provinsi Bali, memiliki sejarah panjang dalam perkembangan ekonominya yang dapat ditelusuri dari masa kerajaan hingga era modern saat ini. Dimulai dari kerajaan-kerajaan besar seperti Badung dan Mengwi yang menjadikan wilayah ini sebagai pusat perekonomian dengan mengandalkan sektor perdagangan sebagai tulang punggung, hingga saat ini sebagai kota metropolitan dengan industri pariwisata sebagai penopang utama perekonomian. 

Dalam menelusuri jejak ekonomi Kota Denpasar, kita dapat melihat bagaimana aspek kesejarahan dan warisan ekonomi dari masa kerajaan memberikan pengaruh terhadap kondisi perekonomian kota saat ini, serta bagaimana perkembangannya di era modern terjadi, terutama dengan munculnya sektor pariwisata. 

Penelitian ini berupaya untuk menjawab pertanyaan penting terkait bagaimana peran kerajaan-kerajaan besar seperti Badung dan Mengwi dalam membangun perekonomian di wilayah Denpasar pada masa lampau, warisan ekonomi apa saja yang masih bertahan hingga sekarang, dan bagaimana perkembangan ekonomi Kota Denpasar di era modern dengan sektor pariwisata sebagai penopang utama.

Masa Kerajaan

Wilayah Denpasar dan sekitarnya menjadi pusat perekonomian penting di Bali sejak masa kerajaan-kerajaan besar seperti Badung dan Mengwi berkuasa. Kedua kerajaan ini mengandalkan perdagangan sebagai tulang punggung perekonomian. Kerajaan Badung berdiri pada akhir abad ke-17 oleh I Gusti Ngurah Jambe Pule, namun kemudian direbut oleh Mengwi pada 1721 (Presilla, 2024). Denpasar sendiri semula hanya merupakan nama istana yang didirikan oleh I Gusti Gde Pemecutan setelah kematian Raja Badung pada 1861 . 

Namun lambat laun, Denpasar tumbuh menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian Kerajaan Badung. Letak strategis Denpasar di wilayah selatan Bali memberikan akses yang baik untuk perdagangan melalui laut, menjadikannya kawasan penting bagi perekonomian maritim kerajaan. Pelabuhan Benoa dan Pelabuhan Udara Tuban yang dibangun sejak masa kolonial menjadi pintu gerbang bagi aktivitas perdagangan yang berkembang pesat (Putra & Paturusi, 2017).

Selain Perdagangan, ekonomi agraris juga memegang peranan penting di masa kerajaan. Hasil pertanian seperti padi, kapas, dan ternak menjadi komoditas utama yang diperdagangkan, dengan Pasar Badung sebagai pusat transaksi. Pasar ini telah beroperasi selama 24 jam sejak jaman kerajaan dan menjadi ikon perekonomian rakyat Denpasar hingga saat ini.

Pada masa pendudukan Jepang, Denpasar tetap menjadi pusat perekonomian di Bali. Pemerintah Jepang mendirikan berbagai perusahaan untuk mendukung logistik perang mereka seperti Mitsui Busan Kaisha untuk pengumpulan dan penggilingan padi, serta Mitsui Norin untuk kapas (Agung dkk, 1986). Meski banyak menyebabkan penderitaan rakyat, aktivitas ekonomi di Denpasar terus berjalan di masa tersebut. 

Setelah kemerdekaan, pemilihan Denpasar menggantikan Singaraja sebagai ibu kota Bali pada 1957 turut didorong oleh pertimbangan potensi ekonomi yang dimiliki kota ini. Infrastruktur ekonomi seperti pelabuhan, pasar, dan pemukiman pedagang yang telah terbentuk sejak masa kerajaan dan kolonial menjadi modal penting bagi pengembangan Denpasar. (Swandewi & Alit, 2019).

Era Modern

Memasuki era modern, perekonomian Kota Denpasar mengalami transformasi besar dengan munculnya sektor pariwisata sebagai penopang utama. Potensi pariwisata Bali mulai berkembang pesat sejak beroperasinya Hotel Bali Beach di Sanur pada 1966 (Putra & Paturusi, 2017).  Denpasar yang memiliki infrastruktur pendukung seperti Pelabuhan Udara Ngurah Rai dan Pelabuhan Laut Benoa menjadi pintu gerbang bagi wisatawan. 

Pemerintah kota secara konsisten berupaya mengembangkan Denpasar sebagai kota pariwisata. Program revitalisasi pasar-pasar tradisional seperti Pasar Badung, Kumbasari, Sindhu dan Intaran dilakukan untuk menarik minat wisatawan. Konsep "4P+1M" (Pura, Puri, Pasar, Pantai dan Museum) diusung untuk mempromosikan daya tarik wisata kota (Putra & Paturusi, 2017).

Terlepas dari terpaan pandemi Covid-19 yang sempat mempurukkan perekonomian, pariwisata tetap menjadi andalan utama Denpasar (Kasih, 2023). Pemulihan ekonomi kota saat ini difokuskan pada revitalisasi sektor ini dengan tetap menjaga kelestarian budaya dan lingkungan. Konsep "Kota Kreatif Berwawasan Budaya" diusung untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan pelesatarian warisan budaya (Putra, 2012).

Selain pariwisata, sektor ekonomi kreatif juga mendapat perhatian khusus di era modern ini. Potensi seni, kerajinan dan kuliner khas Bali digali dan dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian kota dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah kota memfasilitasi program-program untuk mendorong tumbuhnya industri kreatif di Denpasar. 

Di tengah derasnya arus modernisasi, warisan ekonomi dari masa kerajaan seperti Pasar Badung, tradisi berdagang dan pelayaran tetap dipertahankan dan direvitalisasi. Hal ini mencerminkan bahwa Denpasar tak melupakan akar sejarah dan budayanya dalam menghadapi perkembangan ekonomi modern saat ini.

Warisan Ekonomi

Denpasar menyimpan kekayaan warisan ekonomi dari masa kerajaan yang hingga kini masih mewarnai dan memberikan identitas tersendiri bagi perekonomian kota di era modern. Keberadaan Pasar Badung dan Pasar Kumbasari yang telah beroperasi selama 24 jam sejak jaman kerajaan Badung dan Mengwi menjadi mercusuar aktivitas perdagangan rakyat Denpasar. 

Meski telah direvitalisasi berkali-kali, eksistensi pasar tradisional rakyat ini tetap kukuh sebagai living heritage ekonomi kerakyatan. Di sekitar kawasan pasar, masih dapat ditemui permukiman dan perkampungan pedagang warisan dari masa kolonial yang mencirikan aktivitas ekonomi rakyat Denpasar pada masa lampau. 

Selain itu, warisan ekonomi maritim turut memberi warna pada Denpasar modern. Letak strategis di wilayah selatan Bali sejak dulu menjadikan kota ini sebagai pusat aktivitas pelayaran dan perdagangan melalui laut. Pelabuhan Benoa yang telah ada sejak masa kerajaan hingga kini masih berfungsi sebagai pintu gerbang bagi kegiatan maritim dan pariwisata bahari. 

Tradisi masyarakat pesisir Denpasar dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan maritim pun berkelanjutan hingga masa kini. Meskipun tidak sedominan dulu, sektor pertanian dan aktivitas agraris masih menjadi bagian dari perekonomian Denpasar. Lahan-lahan pertanian di beberapa wilayah seperti Sesetan, Pedungan dan Kesiman dipertahankan untuk memproduksi padi, sayuran dan buah-buahan guna memasok kebutuhan kota.

Warisan ekonomi kreatif rakyat juga turut memberi corak pada Denpasar modern. Kerajinan dan industri rumahan seperti tenun, anyaman, dan keramik masih berkembang dengan baik hingga kini. Beberapa sentra kerajinan rakyat seperti di Sanur dan Sidakarya tetap eksis dan menjadi kekuatan ekonomi kreatif asli Kota Denpasar. 

Tidak hanya itu, Denpasar juga kaya akan peninggalan sejarah berupa warisan budaya seperti Museum Bali, Pura Maospahit, Pura Belanjong, Puri Pemecutan, Puri Jero Kuta, Art Centre Denpasar dan Monumen Bajra Sandhi yang semuanya mampu menarik minat wisatawan. Promosi konsep "4P+1M" (Pura, Puri, Pasar, Pantai dan Museum) pun digalakkan untuk mempromosikan daya tarik warisan budaya Denpasar sebagai destinasi wisata sejarah dan budaya.  

Upaya pemerintah Kota Denpasar dalam merevitalisasi dan menjaga keberlangsungan warisan ekonomi serta meningkatkan kunjungan wisata sejarah budaya ini menjadi kunci agar kekayaan sejarah dan ekonomi tradisional tetap terpelihara di tengah laju perkembangan ekonomi modern yang kian pesat. Pengemasan potensi warisan dalam bentuk daya tarik wisata sejarah-budaya, ekonomi kreatif, hingga pelestarian budaya rakyat diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan warga sekaligus menjaga identitas Denpasar yang berkarakter khas.

Simpulan

Jejak ekonomi Kota Denpasar dapat ditelusuri dari masa kerajaan hingga era modern. Pada masa kerajaan, wilayah ini menjadi pusat perekonomian dengan sektor perdagangan sebagai penopang utama. Warisan ekonomi seperti Pasar Badung masih bertahan hingga saat ini. Di era modern, sektor pariwisata menjadi penggerak utama perekonomian Denpasar, dengan pemerintah kota terus mengembangkan berbagai kawasan ekonomi baru untuk mendukung sektor ini.

DAFTAR PUSTAKA

Presilla, R. M. (2024, April 28). Sejarah perkembangan kota Denpasar, dari masa kerajaan hingga republik. detikBali. https://www.detik.com/bali/budaya/d-7314743/sejarah-perkembangan-kota-denpasar-dari-masa-kerajaan-hingga-republik

Putra, I. N. D., & Paturusi, S. A. (2017). Denpasar heritage track': Revitalisasi paket wisata 'Denpasar city tour. Jurnal Kajian Bali (Journal of Bali Studies), 7(2), 39-58.

Agung, A. G. P., Parimartha, I. G., Budharta, I. B. G., & Rama, I. B. (1986). Sejarah Kota Denpasar 1945-1979. Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Kasih, N. N. (22 Agustus 2023). Pariwisata tetap jadi motor penggerak ekonomi Bali. RRI. https://rri.co.id/denpasar/daerah/329488/pariwisata-tetap-jadi-motor-penggerak-ekonomi-bali

Swandewi, N. K. A., & Alit, D. M. (2019). Perpindahan Ibukota Provinsi Bali Dari Singaraja Ke Denpasar Tahun 1958-1960. Social Studies, 7(2), 10-28.

Denpasartourism.com. (4 April 2023). Pasar Badung. https://ebooks.denpasartourism.com/pasar-badung/

Kresna, A. (2022). Menjaga Warisan Ekonomi Kebudayaan Bali. Balispot. https://www.balipost.com/news/2022/01/03/240861/Menjaga-Warisan-Ekonomi-Kebudayaan-Bali.html

Denpasarkota.go.id. (11 Maret 2019). Sejarah Kota Denpasar. https://www.denpasarkota.go.id/wisata/sejarah-kota-denpasar

Putra, A. S., Sugiarta, A. G., & Yusiana, L. S. (2013). Perencanaan Jalur Interpretasi Wisata Warisan Sejarah Budaya di Pusat Kota Denpasar. Jurnal Agroekoteknologi Tropika, 2(2), 116-125.

Putra, P. I. P., & Yadnya, I. P. (2018). Analisis sektor unggulan perekonomian di kabupaten/kota Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Doctoral dissertation, Udayana University).

Purwahita, A. R. M., Wardhana, P. B. W., Ardiasa, I. K., & Winia, I. M. (2021). Dampak Covid-19 terhadap Pariwisata Bali Ditinjau dari Sektor Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan (Sebuah Tinjauan Pustaka). Jurnal Kajian Dan Terapan Pariwisata, 1(2), 68-80.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun