Mohon tunggu...
Bunga puspa surya dewy
Bunga puspa surya dewy Mohon Tunggu... Mahasiswa - bungapuspasuryadewy@gmail.com

"Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat"

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Filsafat-filsafat yang Kurang Membantu dalam Berpikir Kritis

10 Juli 2021   19:28 Diperbarui: 10 Juli 2021   19:44 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Jenis Filsafat Yang Kurang Bermanfaat

1. Filsafat Positivisme, positivisme merupakan salah satu aliran filsafat yang yang mengilhami sains positifistik, menyatakan ilmu -- ilmu empiris sebagai sumber pengetahuan satu -- satunya yang benar dan menolak nilai kognitif dari suatu filosofis / metafisik atau dari pancaindra. Positivisme berasal dari "positif" yang sama artinya dengan "faktual" atau apa yang bersumber dari fakta -- fakta. Positivisme diperkenalkan pertama kali oleh Auguste Comte (1798 -- 1857) yang lahir di Montpellier dari keluarga pegawai negeri yang memeluk agama Katolik. Salah satu karya utama A. Comte adalah "Cours de Philosophie Phositive" yang diterbitkan dalam enam jilid, didalam karya inilah Comte menguraikan secara singkat tentang beberapa pendapat positivis, hukum tiga stadia, klasifikasi ilmu -- ilmu pengetahuan dan bagan mengenai tatanan dan kemajuan.

Positivisme adalah suatu alenia filsafat yang menyatakan bahwa ilmu alam menjadi satu -- satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak aktifitas yang berkaitan dengan metafisik. Terdapat tiga tahap dalam perkembangan positivism, yaitu :

  • Tempat utama dalam positivism pertama diberikan pada Sosiologi. Tokohnya adalah Auguste Comte, E. Littre, P. Laffitte, JS. Mill dan Spencer.
  • Munculnya tahap kedua dalam positivisme -- empirio -- positivisme berawal pada tahun 1870 -- 1890 an dan berpauitan dengan Mach dan Avenarius
  • Tahap terakhir berkaitan dengan Lingkaran Wina yaitu dengan tokohnya antara lain O. Neurath, Carnap, Schlick, Frank, dan kelompok yang ikut berkontribusi pada perkembangan tahap terakhir ini adalah Masyarakat Filsafat Ilmiah Berlin. Pemimpin dari kelompok ini menggabungkan beberapa aliran seperti atomisme logis, positivism logis, dan semantika. Pokok pembahasan positivism tahap akhir ini diantara tentang bahasa, logika simbiolis, struktur penyelidikan ilmiah dll.

Didalam perkembangannya, positivisme ini mengalami suatu perubahan dibeberapa bagian yang memunculkan aliran pemikiran yang bernama Positivisme Logis, yaitu aliran pemikiran dalam filsafat yang membatasi pemikiran pada hal yang dapat dibuktikan dengan suatu pengamatan. Tokohnya diantara lain adalah Moritz Schlick, Rudolf Carnap, Otto Neurath dan A.J. Ayer. Karl Popper. Beberapa ajaran pokok dari positivism logis diantaranya adalah :

  • Penerimaan prinsip veribilitas, yang merupakan kriteria untuk menentukan suatu pertanyaan yang kognitif
  • Semua pernyataan dalam matematika dan logika bersifat analitis (tautology) dan benar perdefensi
  • Metode ilmiah sebagai sumber pengetahuan satu -- satunya yang tepat sesuai realitas
  • Filsafat adalah analisis dan sebuah klarifikasi makna dengan logika dan metode ilmiah

Namun, pengkritik -- pengkritik positivism logis berpendapat bahwa landasan dasar yang digunakan tidak dinyatakan dalam bentuk yang konsisten. Filsafat potisitivisme menekankan pada aspek rasional -- ilmiah, baik pada epistemologinya yang digunakan sebagai dasar pemikirannya, maka dari itu filsafat positivism memiliki kelemahan diantaranya, dimana hanya berfikir menggunakan akal dalam mencari kebenaran melainkan yang seharusnya dilakukan dalam mencari kebenaran harus mengacu kepada "dalil" juga sehingga dalil dapat memandu akal, manusia akan kehilangan makna, seni atau keindahan yang menimbulkan tidak ada kebahagiaan karena di dalam positivistic semua hal itu dinafikan, hanya berhenti pada sesuatu yang nampak dan empiris sehingga tidak dapat menemukan pengetahuan yang valid

2. Filsafat Idealisme, atau istilahnya filsafat ekstrim, aliran ini digunakan oleh filosof yang bernama Leibniz pada awal abad ke -- 18, memakai dan menerapkan ini pada pemikiran Plato yang bertolakbelakang dengan materialism epikuros, yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind), jiwa (spirit) roh (soul) daripada hal yang bersifat seperti kebendaan (materi). Idealisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa pengetahuan itu tidak lain dari kejadian didalam jiwa manusia, sedangkan kenyataan yang diketahui manusia itu terletak di luarnya. Dengan kata lain pengetahuan yang diperoleh melalui pancaindra tidak pasti dan tidak lengkap, karena dunia adalah tiruan belaka, sifatnya hanya maya (bayangan) yang menyimpang dari kenyataan sebenarnya. Salah satu kelemahan dari filsafat idealism adalah anggapan terhadap sesuatu nilai atau kebenaran yang kekal sepanjang masa

Alasan Filsafat Tersebut Masih Diajarkan :

  • Hanya sebagai ilmu pengetahuan, maksudnya adalah ilmu filsafat tersebut diajarkan pada kampus hanya sebagai tambahan pengetahuan bagi mahasiswa. Yang mana mahasiswa perlu untuk mengetahui juga filsafat -- filsafat yang dianggap kurang bermanfaat sebagai tambahan dan memperluas wawasan mahasiswa dan supaya kita (mahasiswa) tau bahwa didalam filsafat barat terdapat suatu keeroran.
  • Sebagai praktek, maksudnya mereka yang meyakini positivisme dan idealisme berpendapat akan menggunakan filsafat ini untuk membimbing mereka dalam hidupnya.
  • Kurangnya kritisme dari akademisi, maksudnya adalah akademisi khususnya dosen dalam hal ini kurang dalam memberikan masukan atau suatu kritik yang berimbang dalam mengajarkan filsafat -- filsafat tersebut sehingga filsafat -- filsafat tersebut masih tetap diajarkan secara apa adanya dikampus.

Didalam dunia filsafat ternyata terdapat sebuah analisis bahwa terdapat beberapa filsafat dianggap kurang membantu dalam berpikir kritis dan dianggap kurang bermanfaat dalam pembelajaran dikampus. Yaitu filsafat positivisme dan filsafat idealisme. Filsafat positivisme berpegang pada pancaindra, sedangkan filsafat idealisme berpegang pada ide. Namun keduanya masih diajarkan diajarkan didalam kampus karena memiliki beberapa alasan salah satunya sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa. Namun seharusnya dalam mengajarkan filsafat khususnya filsafat yang dianggap kurang bermanfaat harus diimbangi dengan daya kritis oleh tenaga pengajar. Yang mana tenaga pengajar diharapkan memberikan pertimbangan serta kritik ketika mereka mengajarkan filsafat yang dianggap kurang bermanfaat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun