Berkaitan dengan cita-cita, sejak kecil saya ingin menjadi seorang dokter. Saya sudah membayangkan bagaimana saya memeriksa pasien, mendiagnosis penyakitnya, dan membantu penyembuhannya. Cita-cita tersebut bertahan hingga kelas XI SMA. Kala itu saya berpikir, beralih cita-cita asalkan dengan basic berupa membantu sesama manusia adalah sesuatu yang indah.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran di Indonesia tergolong tinggi, yaitu pada bulan Agustus 2020 sebanyak 9,77 juta orang menganggur dari total usia angkatan kerja sebanyak 138,22 juta orang (BPS 2020). Hal ini semakin mendorong saya untuk bercita-cita menjadi seorang wirausaha pangan. Bidang pangan saya pilih karena manusia tidak bisa terlepas dari pangan. Hal ini mengingatkan saya pada saat MPKMB (Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru), salah satu dosen Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) IPB berkata bahwa selama manusia tidak bisa berfotosintesis, food technologist akan tetap eksis. Hal tersebut semakin membulatkan tekad saya untuk menjadi seorang wirausaha pangan.
Jumlah wirausahawan Indonesia terhadap jumlah penduduk tergolong masih tertinggal dari beberapa negara ASEAN lainnya. Persentase wirausahawan di Indonesia sekarang adalah sebesar 3,47 persen, dengan Singapura 9%, Malaysia 5% dan Thailand 5% dari total penduduknya (Al-Khaulani 2022). Menurut Kementerian Perindustrian RI, Indonesia membutuhkan sedikitnya empat juta wirausaha baru untuk turut mendorong penguatan struktur ekonomi (Kemenperin 2018). Minat mahasiswa ITP untuk terjun ke dunia wirausaha pangan tergolong sangat rendah. Berdasarkan rekam jejak, paraalumni bekerja sebagai Quality Control (QA), Quality Assurance (QA), Regulator Pangan seperti BPOM, teknisi, manajer perusahaan dan lain sebagainya. Justru alumni dari jurusan lain yang membuka usaha pangan. Hal ini bukanlah suatu hal yang salah karena memang minat dan tujuan orang berbeda-beda.
Selama masa kuliah di IPB University, saya senang belajar, mencoba hal baru, dan mengikuti perlombaan tentang kewirausahaan seperti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional dan berhasil mendapatkan pendanaan dari Kemendikbud pada tahun 2021. Saya bersama kelompok belajar menyusun konsep, membagi tugas, melakukan produksi, serta promosi dan penjualan.
Dari situ, saya tidak puas begitu saja untuk mengasah kemampuan saya di bidang kewirausahaan pangan. Di semester 7 ini, saya memutuskan untuk mengikuti program sinergi (fast track) di Ilmu Pangan untuk memperdalam keilmuan saya tentang pangan. Saya mengikuti pelatihan kewirausahaan khususnya tentang pangan dan berhasil memperoleh dana hibah pada program nurturing yang diselenggarakan departemen ITP. Saya mengembangkan produk pertama berupa kacang kulit sangrai “Cap Kembang” yang berproduksi di tempat asal saya, Rembang, Jawa Tengah seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Selangkah demi selangkah saya berusaha mewujudkan impian untuk menjadi wirausahawan pangan yang sukses. Hal ini saya lakukan juga sebagai bentuk perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengembangan serta pengabdian kepada masyarakat. Mempelajari ilmu pangan, melakukan penelitian yang terkait dengan ilmu pangan, dan mengabdi kepada masyarakat dalam bentuk berwirausaha. Langkah ke depannya, saya ingin membuka UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) dan menyerap tenaga kerja, khususnya di daerah saya terlebih dahulu. Apabila sudah lebih berkembang, saya juga ingin mengembangkannya menjadi CV hingga PT agar dapat lebih berkontribusi dalam ketahanan pangan di Indonesia serta dapat menyerap tenaga kerja yang lebih banyak agar tingkat perekonomian masyarakat meningkat menuju Indonesia menjadi negara maju.
Daftar Pustaka
Al-Khaulani AM. 2022. Faktor-faktor yang menentukan minat berwirausaha mahasiswa perguruan tinggi di Kota Bandung. Jurnal Riset Ilmu Ekonomi dan Bisnis (JRIEB). 2(1):65-72.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2020. Bandung: Badan Pusat Statistik.
[Kemenperin] Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. 2018 Nov 23. Indonesia butuh 4 juta wirausaha baru untuk menjadi negara maju. Diakses 2022 Des 14. Tersedia pada: https://www.kemenperin.go.id/artikel/19926/Indonesia-butuh-4-juta-wirausaha-baru-untuk-menjadi-negara-maju#:~:text=Indonesia%20membutuhkan%20sedikitnya%204%20juta,persen%20dari%20total%20populasi%20penduduk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H