Saat mencintai seseorang, apakah aku perlu mengungkapkan secara cuma-cuma? Apakah ada yang harus aku ucapkan untuk menyampaikan cinta yang akan terpendam selamanya? Atau bisakah empati dalam hati ini hanya diungkapkan melalui tulisan tangan saja? Jika kamu mencintaiku, apakah itu terdengar seperti janji? Atau karena sebuah alasan kenapa selalu kamu yang mengkhianati.
Mungkin terdengar klise, tapi dari dari hatiku yang terdalam, aku merasa begitu dicintai dan disayangi. Hakikat cinta yang aku tau tidak serta merta membutuhkan kata-kata yang manis bak gula. Menurutku, cinta tidak harus selalu dikaitkan dengan hubungan. Terkadang melihat dirimu bahagia saja sudah cukup, cukup untuk membuatku merasa puas dengan teka-teki di otakku saja.
Saat jauh menyelam kedalam, dibanding bersamamu lebih baik aku memeluk luka. Karena mereka akan terus merangkul dan berjalan bersamaku sampai akhir usia. Ribuan mimpi-mimpi yang aku lihat, aku mengagumi pesona pelagi, cantiknya awan, dan tenangnya hujan. Tapi aku tidak melihatmu disana. Seolah kamu bukan masa depan yang akan ditakdirkan untukku nantinya.
Setiap tumbuh bersamamu, hatiku terasa rindu. Dan saat mata kita bertemu, aku yakin ada setitik harapan kita akan bersama di penghujung waktu. Kamu adalah bagian dari hatiku, yang terpatri indah selalu. Hingga sewaktu-waktu nantinya kamu akan menemukan seseorang yang baru. Bagaimana rasanya hidup dengan perasaan abu? Suatu saat ketika dunia ingin kita bertemu, aku menatap lagi mata yang semakin asing itu dan dan semuanya sangat berbeda dari impianku.
Bulan mengatakan kepadaku bahwa kamu selalu menangis tersedu-sedu. Apakah kamu merindukanku? Atau kamu kehilangan lagi milikmu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H