Sedangkan untuk bagian bawah, pengantin pria memakai celana tiga perempat yang panjangnya beberapa sentimeter di bawah lutut. Celana dengan sulaman emas di bagian bawah terbuat dari bahan beludru yang warnanya sama dengan baju yang dikenakannya. Dililitkan pada benang stagen cinde dan diperkuat dengan  epek timang yang juga berbahan beludru.
Tak lupa selendang dan  Dodot Kewer menghiasi bagian paha depan, agak ke samping dan terakhir  Keris  dikenakan di bagian pinggang dengan hiasan ombyok  bunga mawar di antara kedua pegangannya. Keris sendiri dimaksudkan untuk mengingatkan mempelai pria agar menjaga keluarganya dari bahaya luar, menjaga keamanan keluarga adalah kehormatan tertinggi seorang laki-laki. Aksesoris lain sama saja seperti yang dikenakan mempelai wanita yaitu cincin, kalung, tali bahu naga, gelang antik, dan lain-lain.
Wah! Ternyata dibalik warnanya yang mencolok terdapat makna dan arti yang sangat bagus untuk kelangsungan rumah tangga bagi kedua mempelai. Dapat saya simpulkan bahwa busana adat Cirebon menceriminkan seolah-olah pria adalah sang raja dan wanita sang ratu, mereka harus saling melindungi dan menjaga keluarga yang mereka mulai bangun dari kesepakatan bersama. Mungkin jika ada dari kalian yang berasal dari Cirebon, sangat diperbolehkan untuk menceritakan filosofi atau cerita apapun mengenai busana adat pengantin yang berasal dari Keraton Kanoman. Jadi gimana teman-teman, apakah sudah paham arti dari pakaian sampai aksesoris yang di gunakan oleh mempelai? Apa kalian malah tertarik untuk mencoba busana adat Cirebon?
Terima kasih teman-teman yang sudah menyimak artikel ini, semoga dapat menambah wawasan kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H