Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Krisis, Klaim, dan Dilema Pembangunan

14 Maret 2021   17:01 Diperbarui: 14 Maret 2021   17:24 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Struktur bangunan Negara mestinya tidak sedang baik-baik saja. Sedihnya, elit pemerintah seperti KSP Moeldoko asik-asiknya terlibat konflik politik. Kongres Luar Biasa versi Moeldoko dilakukan. Kemudian, Agus Harimurti Yudhoyono bersama pengurusnya mendatangi kantor Menkum-HAM, kesemuanya adalah rangkaian pentas ramai-ramai menambrak prokes Covid-19. Mereka secara terang-terangan melakukan kerumunan. Kenapa tidak ditindak?, kok hanya Habib Riziqe Shihab yang dipenjarakan atas alasan kerumunan.

Sementara mereka diistimewakan. Dimana para penegak hukum kita?. Sebenarnya, Covid-19 ini pekerjaan politik atau kesehatan?, sepertinya nyali virus Covid-19 ciut pada sesuatu yang berbau politik. Lihat saja meski Covid-19 membara, saat agenda Pilkada Serentak 2020, tetap saja Pilkada jalan. Politik lebih 'garang' ketimbang Covid-19. Kita tengah menghadapi krisis, pemerintah jangan lepas tangan.

Pemerintah tetap gagah berani menyampaikan klaimnya. Mereka paling tidak mau disalahkan. Selalu saja ada klaim, ketika salah atau abai dalam bidang pembangunan. Pemerintah tanpa malu, bahkan begitu percaya diri mengemukakan alasan bahwa pemerintah tetap sukses dalam pembangunannya. Tidak mau disalahkan, pemerintah selalu memprouksi dalil-dalil agar dipercaya.

Intinya, pemerintah tidak mau dianggap gagal. Kelebihan pemerintah hanyalah karena merasa punya kuasa mengendalikan data. Juga pemerintah punya kemampuan merekayasa, menambah dan mengurangi apa saja capaian prestasi yang mereka akan lakukan. Itu sebabnya, aib pemerintah sukar terbongkar selama mereka masih berkuasa.

Kecuali setelahnya, aib-aib dan skandal yang dilakukannya dapat terungkap. Setelah ada pemerintahan yang baru, peluang mengobok-obok kesalahan pemerintah sebelumnya dapat efektif dilakukan. Kritik sepedas dan sekencang, seradikal apapun tak akan mempu membuat pemerintah kehilangan klaim sukses. Tetap saja, pemerintah mencari alibi untuk melahirkan klaim. Tujuannya, agar dipandang berhasil membangun pelayanan publik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun