Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kudeta Peternak terhadap Majikan

6 Maret 2021   14:49 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:46 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MEOLDOKO pernah di era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden Indonesia, 'mendapat hadiah' jabatan Panglima TNI. Sekarang malah memangkas kekuatan dan jalan politik SBY. 

Ternyata kata pepatah tiap orang ada masanya, dan tiap masa ada orangnya. Berlaku, dipertontonkan Moeldoko. Ya, karena Moeldoko sekarang Kepala Kantor Staf Kepresidenan.

Saling ungkit terjadi. Ada 'aib politik', praktek mengabaikan komitmen dipamerkan. Katanya KLB yang dihadiri 1.200 orang itu bulat memilih Moeldoko sebagai Ketua Umum Partai Demokrat. Versi KLB Partai Demokrat disisi lain, dinilai juga tidak quorum. Tidak memenuhi syarat untuk dilaksanakannya KLB. 

Mau dicap illegal atau tidak Moeldoko tidak ambil pusing. Asalkan birahi politik Moeldoko telah terpenuhi. Mungkin Moeldoko juga puas dianggap mampu mengkudeta mantan majikannya. Gengsi politik dan politik pamer wibawa yang sedang diperagakan. Dalam ucapannya di media massa, Moeldoko pernah memberi warning kepihak Cikeas (SBY, red).

Tragedi politik, kubu Cikeas vs kubu Condet sepertinya terulang di tahun 2021. AHY dinilai sebagai produk gagal Partai Demokrat. Tudingan tersebut disertai bukti adanya KLB. Gelombang konflik yang melanda Parpol berlambang bintang mercy kian membuat jurang keterbelahan internal. Kudeta Moeldoko yang disebut abal-abal itu seperti terceritakan dalam Novel Animal Farm karya George Orwell. Digambarkan bagaimana seorang peternak mengkudeta majikannya.

Tanpa ada rasa terima kasih, praktek busuk dilakukan peternak. Percayalah, cara-cara kasar kurang bermoral akan mendapatkan balasan yang kejam. Bagaimana tidak, disaat kita sedang diberikan penghidupan oleh orang lain. Kemudian, sesudahnya kita membalas orang tersebut dengan cara jahat. Menghajarnya, menghianatinya.

Melupakan kebaikan-kebaikan yang pernah diberikan. Membalas kebaikan orang dengan kejahatan. Sampai kapanpun Allah SWT tidak akan meridhainya. Kita berharap manuver Moeldoko hanyalah guyonan politik. Atau kerja sama simbiosis mutualisme, sebagai bentuk balas budi Moeldoko kepada SBY. Sehingga ia ikut serta membesarkan Partai Demokrat dengan caranya.

Dalam politik kita selalu mendapati orang dengan rupa-macam karakter. Ada politisi yang loyal pada tuannya. Begitu pula, ada yang loyal pada kepentingan pragmatis. Merobohkan kekuatan politik AHY sama saja melawan SBY. Itu artinya, tidak mudah. Melawan politik dinasti atau oligarki politik dengan cara KLB juga tentu tidak luput dari resiko. Biarlah Partai Demokrat mengatur ulang cara mereka mengelola urusan internal.

Yang disoroti disini hanyalah, bagaimana sisi kemanusiaan ditempatkan dalam ruang politik. Jika Moeldoko serius mengkudeta AHY untuk kepentingan destruktif, berarti skala kepentingan peribadi begitu tinggi. Dibanding urusan kemanusiaan maupun moralitas. Yang dipikirkan politisi hanyalah kekuasaan dan kenikmatan, titik. Bahayalah jadinya integrasi Negara Indonesia.

Selepas kepentingannya diraih. Penghianatan dan pembantaian kepentingan-kepentingan dilakukan. Tidak ada komitmen moral yang kuat dalam praktek politik kita akhir-akhir ini. Dilain sisi, foto-foto Moeldoko saat mencium tangan SBY dikomentari di Medsos. Mengajarkan kita kesantunan. Seolah itu semua masa lalu yang suram. Moeldoko dengan berani menggelar KLB menumbangkan AHY yang adalah anak SBY dari posisi Ketum Partai Demokrat yang sah.

Diluar dari dalil dan AD/AR Partai Demokrat, kegiatan mengatasnamakan Partai Demokrat ilegal itu dibubarkan polisi. Bahwa yang ditempuh Moeldoko adalah inkonstitusional. Tidak sah. Manuver Moeldoko telah mencoreng citra Partai Demokrat. Selain mengikis sedikit banyaknya kekuatan internal Partai Demokrat. Reputasi Partai Demokrat sudah rusak. Moeldoko pelakunya yang terpantau kasat mata. Moel harus bertanggung jawab.

Berat dalam konteks etika. Apa yang dilakukan Moeldoko melukai sejarah. Moeldoko dituding sebagai pencuri Parpol. Ketika yang terpilih dalam KLB Partai Demokrat kader tulen Partai Demokrat dan bukan Moeldoko, tentu berbeda tensinya. Tudingan Moeldoko sebagai tukang copet Parpol akan dapat terbantahkan. Perebutan kepentingan semacam ini menjadi tanda awas bagi Parpol lain untuk waspada. Karena konflik Parpol sering dikapitalisasi penguasa.

Karena suatu saat pencaplokan Parpol dapat terjadi di Parpol-Parpol lainnya. Petanya gampang. Dipecah dari dalam kader-kadernya. Dan orang-orang dilingkar kekuasaan sangat mengerti permainan-permainan seperti ini. Bahkan sudah menjadi sarapan pagi mereka. Cara menjatuhkan, memperkuat, melawan, mempropaganda, mengacaukan dan praktek licik cenderung dilakukan. Untuk mengambil alih kekuasaan, cara amoral dioperasikan.

Hanya pemerintah yang tau diri saja yang tidak genit. Tidak mau pusing dan mau menempatkan diri dalam tarung kepentingan kelompok tertentu. Budak, peternak memang berpotensi menjadi raja-raja baru. Ironis, mereka lupa kontribusi orang lain. Mereka yang tidak terbiasa dengan membalas kebaikan orang lain, akan mudah menghajar majikannya. Menjatuhkan majikan atau tuannya dengan cara-cara biadab.

Merasa punya akses kuat terhadap kekuasaan. Si peternak atau mantan peternak ini bisa menyalahgunakan kekuasaannya untuk membantai mantan majikan. Sebuah kisah yang tak layak dicontohi. Pelajaran untuk kita yang sedang merangkak dari bawah mengembangkan karir, agar tidak menjadi pikun. Tidak menjadi durhaka.

Karakter seperti kacang lupa akan kulitnya, menjadi racun. Bisa mematikan, memabukkan atau melumpuhkan kebebasan hidup kita secara berlahan-lahan. Peristiwa KLB Demokrat menjadi introspeksi dan refleksi untuk kita belajar menghormati kebaikan-kebaikan yang diberikan orang lain kepada kita. Pasti suatu saat, perilaku buruk yang kita lakukan untuk menjatuhkan orang lain kembali menimpa kita.

Jadilah peternak yang tau berterima kasih. Jauhkan sikap kita dari kesombongan dan perilaku jahat pada siapapun. Setelah menjadi peternak, minimal kita harus menjadi lebih baik. Bermoral, tidak jahat. Jangan berani hancurkan masa depan orang lain dengan sikap korup, curang dan mencuri atau kudeta. Terlebih kepada mereka yang pernah berjasa kepada kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun