Alhasil kepentingan perusahaan Asing berada diurutan pertama, kesejahteraan rakyat menjadi nomor kesekian. Sumber daya alam kita masih dikelola secara serampangan. Pemerintah terlalu baik dan jinak pada pemodal Asing. Sementara rakyat kita tidak mendapat perhatian serius.
Tapal-batas kebudayaan kita pun mulai tergerogoti. Masuknya budaya Barat atau infiltrasi budaya membuat rakyat Indonesia termanjakan dengan rasana teknologi dan informasi. Internet menyodorkan sebuah 'tradisi baru' yang membuat ketahanan budaya kita mulai hilang berlahan.
Selain itu, menggurita pula agenda penyanjung pemikiran dan produk barat. Kita berbangga menggunakan sesuatu yang diproduksi Asing, ketimbang membanggakan hasil karya pribumi. Silahkan dicek situasi tersebut di tengah-tengah rakyat kita. Pola hidup modern serba instan membuat kualitas rakyat Indonesia terjungkal.
Negeri kita tidak merdeka lagi. Kita sudah menjadi negeri jajahan kembali, kata Taufik Ismail dalam puisinya yang berjudul 'Negeriku Sedang Dilahap Rayap'. Selamat datang zaman kolonialisme baru. Hampir paripurna kita menjadi bangsa porak-poranda, terbungkuk dibebani hutang, kata Taufik Ismail.
Ancaman kita sebetulnya adalah pada kapitalisme dan komunisme. Jangan dikaburkan. Yang kemudian merembet kepada memusuhi para tokoh-tokoh agama dengan tuduhan tertentu. Pemerintah tidak boleh mengacaukan cara pandang rakyat dalam bernegara.
Mari kita perkuat demokrasi dengan menerapkan kesetaraan, persaudaraan dan menghormati kebebasan. Jangan lagi ada penyumbatan hak-hak bicara dari rakyat. Pembubaran Ormas juga begitu, tidak perlu lagi dilakukan. Karena itu memperburuk citra demokrasi kita di era pemerintahan Jokowi.
Demokrasi harus dipandu pemerintah. Agar tidak lagi melahirkan tragedy. Sebetulnya, seperti yang disampaikan Rocky Gerung, bahwa demokrasi itu pemerintahan akal melalui orang. Berhentilah membuat logika publik dalam melaksanakan demorkasi makin tumpang-tindih. Cari solusi yang tepat, jangan buat demokrasi berhenti berjalan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H