Percaturan politik memang tidak mudah. Selain modal, sumber daya yang disediakan. Tim yang kuat, hitungan yang matang juga harus ditunjang dengan keberpihakan takdir Tuhan. Biasanya dalam praktek, hajatan politik dihiasi adanya peran saling menjatuhkan. Atau sikut antara sesama kompetitor.
Bahkan supporter dan wasit, hakim garis sampai panitia-panitia pelaksana kompetisi juga berperan. Mereka berperan, menjadi kunci dalam pemenangan politik. Ketika semua kekuatan berirama, tidak beririsan maka akan memudahkan kemenangan politik.
Apabila sebaliknya, maka menjadi bencana dan kekalahan. Kondisi-kondisi itu yang dihitung-matang para politisi, para pemburu kekuasaan. Keterlibatan aktor politik, tema, isu, alat, momentum atau materi yang dibawa semua menjadi objek hitung-hitungan politisi.
SBY jagonya. Selain pernah memimpin Indonesia 2 (dua) periode. Setidaknya, SBY purnawirawan Jenderal yang dikenal ahli strategi itu mengerti betul gerakan politik di Indonesia. Meski begitu, melawan Jokowi yang mengendalikan sistem dan perangkat pemerintahan tidaklah mudah.
Duel SBY Jokowi berpeluang terjadi di Pilpres 2024. Pionnya sudah bisa kita baca dari AHY vs Moeldoko. Publik tentu tidak sekedar mengira-ngira siapa yang menang dan kalah. Melainkan gagasan, tata cara pertarungan politik seperti apa yang akan diperankan nantinya.
Apakah beradab atau tidak. Beretika ataukah tidak, juga dinanti publik. Kelihaian berdiplomasi di tengah saling serang terkait 'kudeta' akan meredahkan iklim politik kita. Anggap saja ini babak pengisian dalam permainan sepakbola. Saling menakar dan mengukur kekuatan mulai dilakukan, masing-masing kubu. Â
Kontestasi berdiplomasi tidak dapat diingkari. Bahwasanya komunikasi dan keakraban antar sesama parpol menjadi modal di saat Pilpres 2024. Kita berharap tidak ada proses awal yang dibangun dengan saling mengkhianati. Pendekatan politik yang humanis dirajut. Tidak sekedar bermotif kepentingan sesaat, lantas hubungan-hubungan semu dibangun.
Politik memang bersifat imparsial. Siapa yang membunyikan orkestra pikiran, lalu berhati-hati, ulet mengawalnya akan menang. Bila lalai, maka orkestranya akan dimanfaatkan pihak lawan untuk mengalahkannya. Jangan sampai orkestra berubah menjadi keriuhan dan keributan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H