Di lautan HMI kita diberi bekal tentang keislaman dan keindonesiaan. Secara komprehensif, HMI tidak anti dialog. Pergerakan kemahasiswaan, sejarah pemikiran, gerakan intelektual dan model-perlawanan diajarkan disini.
HMI terus eksis karena pikiran-pikiran luhurnya. Bagi kader HMI, gagasan dan kesadaran intelektual merupakan modal besar bagi manusia. Bukan kekayaan atau jabatan. Kita lebih mendahulukan orang-orang berilmu. Bukan orang kaya raya.
Dari gemblengan menjadi peserta saat pelatihan sampai menjadi pemandu (moderator). Lalu menjadi pemateri (instruktur), semua diajarkan. Kader-kader diasah pikirannya untuk berfikir kritis dan radikal. Tidak tumpul menganalisis kondisi sosial.
Panggung sejarah HMI yang adalah organisasi mahasiswa Islam tertua ini menorehkan peranan penting untuk pembangunan Indonesia. Kader-kader dan Alumninya (KAHMI) terlibat aktif berkontribusi memberi warna terhadap bergeraknya peradaban manusia di Indonesia. Bahkan dunia. HMI yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947 itu diprakarsai Lafran Pane.
 Bersama 14 orang mahasiswa Sekolah Tinggi Islam, sekarang Universitas Islam Indonesia, organisasi yang telah mencetak begitu banyak kader bangsa ini berkembang pesat. Di berbagai sektor pembangunan kader HMI terdistribusi. Mereka mengabdi untuk Islam dan Indonesia tercinta.
Tak terasa kini usia HMI telah menginjak 74 Tahun. Tepatnya, Jumat 5 Februari 2021 besok HMI akan merayakan milad. Pada usia yang tidak mudah itu, kita harapkan HMI makin mandiri dan mapan. Menjadi organisasi pemersatu, menjadi rumah besar kaum aktivis Islam dan aktivis Indonesia. HMI dapat keluar dari konflik-konflik yang tidak produktif.
Polarisasi HMI dan dualisme biarlah terjadi di Padang tanggal 24-31 Meret 1986. Itulah patahan sejarah HMI. Kongres HMI XVI di Padang, Sumatera Barat itu melahirkan kontradiksi yang luar biasa. Menolak dan menerima asas tunggal, menjadi tema krusial dalam Kongres.
Dalam sejarahnya, bahkan PKI di tahun 1965 melalui DN Aidit memprovokasi agar HMI dibubarkan. Kata DN Aidit, jika tidak bisa membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja. Bahkan tekanan pemerintah untuk penerapan asas tuggal dilakukan, HMI tetap kuat dan solid. HMI begitu mengakar, dan punya gagasan besar. Itu sebabnya, sangat sulit dibubarkan.
Tegas dalam sejarah HMI bahwa ada dua tujuan dasar dibentuknya HMI, yaitu (1) untuk mempertahankan dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia; (2) untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam.
Sebagai upaya mencapai tujuan itu, HMI membentuk struktur organisasi terutama untuk menghadapi dan mengatasai hambatan organisasi. Organisasi HMI terdiri dari atas lima struktur, yaitu: (1) struktur kekuasaan; (2) struktur pimpinan; (3) lembaga-lembaga khusus; (4) lembaga kekaryaan.
 Ada pula majelis pertimbangan organisasi. Struktur kekuasaan dipegang oleh Forum Kongres, Konferensi Cabang (Konfercab) serta Rapat Anggota Komisariat (RAK). Sedangkan struktur pimpinan terdiri atas Pengurus Besar (PB), Pengurus Cabang (PC), serta Pengurus Komisariat (PK).