Indonesia. Mereka tak lain adalah Budiman Sudjatmiko dan Fahri Hamzah.Â
DUA sosok politisi cerdas juga energik. Terlebih mereka memiliki ide-ide segar. Gagasan untuk membangunKeuda politisi senior ini memiliki jejak rekam yang mengakar ke kalangan aktivis pergerakan mahasiswa. Pelopor reformasi, dikenal idealis. Pemberani menolak takluk terhadap intervensi. Punya wawasan yang luas.
Sampai saat ini saya masih mengidolakan mereka. Meski Bang Budiman, berada bersama pemerintah. Bang Fahri tetap oposisi di luar pemerintahan, mereka tetap eksis. Mereka menjadi idola aktivis muda. Bang Fahri yang kini sedang giat-giatnya membesarkan Partai GELORA, kita doakan bisa mewarnai konstruksi keindonesiaan kita. Pendek kata, kedua politisi ini menginspirasi rakyat. Punya stok pemikiran yang bernas.
Mereka selalu 'kekal' karena tumbuh dengan gagasan. Tidak anti dialog. Berbeda pandangan politik, bagi mereka berdua merupakan hal lumrah. Dan seperti itulah berdemokrasi yang sebetulnya. Bukan semuanya harus berkoalisi, seragam dan sentralistik. Melainkan harus berbeda. Ada faksi dalam politik itu tandanya demokrasi kita sedang sehat.
Beberapa pidato Bang Budiman menyelipkan spirit yang kuat untuk membangun Indonesia tanpa sekat. Konsolidasi nasional, persatuan nasional intens disuarakan. Tanpa polarisasi, demokrasi tak boleh disandera pada tema-tema sektarian.Â
Termasuk politik SARA dan pola penyebaran isu parsial sangat dilawannya. Bang Budiman mendorong kebebasan. Mengharapkan agar demokrasi tumbuh tanpa ada 'penumpang gelap'.
Politisi PDI Perjuangan yang satu ini komit mendorong praktek egaliter. Humanisme dan penegakan hukum yang adil tegas disuarakan. Bang Budiman sebagai politisi senior tampil begitu mencerahkan, cerdas, punya narasi progresif, futuristik. Berbicara dengan landasan teori, rujukan historis, dan berdebat dengan dalil-dalil yang kuat. Bukan sekedar retorika kosong dan kering. Sosok yang satu ini besarnya di jalan, dalam pertumbuhannya sebagai politisi ia besar sebagai aktivis jalanan.
Tak kalah pentingnya juga, Bang Fahri punya segudang pengalaman. Memiliki gen atau DNA sebagai aktivis, tumbuh besar dari kegiatan-kegiatan keagamaan. Aktivis kampus, baik intra maupun ekstra kampus Bang Fahri terlahir disana. Itu sebabnya, politisi senior yang satu ini begitu mahfum dan fasih dalam orasi, debat maupun pidato. Sudah tak perlu diragukan lagi soal kecintaannya terhadap NKRI.
Sama seperti Bang Budiman, walau sedikit berbeda wacana dan metode pembangunan Negara. Kedua tokoh ini punya motivasi yang sama, menginginkan agar Indonesia maju dan rakyatnya sejahtera. Mereka sangat marah jika rakyat miskin dibuat makin melarat. Rakyat dimiskinkan, apalagi hak-hak rakyat dicuri oknum elit Negara. Pasti mereka akan rebut, mereka protes habis-habisan.
Komitmen untuk mendorong pembangunan inilah yang kita harapkan kedepan menjadi modal membangun Indonesia. Rakyat Indonesia yang berharap Indonesia lebih maju, sepertinya dua sosok ini sangat layak direkomendasi menjadi Presiden Indonesia kedepan. Merekalah Presiden masa depan. Dalam benak pikiran mereka, konsepsi pembanguna Indonesia tersusun rapi.
Sukar rasanya teraktualisasi, jika posisi dan eksistensi mereka hanya menjadi oposan dan juga pembantu pemerintah (koalisi). Tidak menjadi pucuk pemimpin. Itu sangat berat rasanya gagasan-gagasan pembangunan dilaksanakan kalau Presidennya bukan mereka.Â