Karena sekali lagi semua itu berimbas pada rusak demokrasi. Penataan nilai-nilai demokrasi yang universal, menjadi tercoreng dan hancur hanya karena praktek berpolitik yang tidak baik.Â
Selain itu, praktek politik uang juga sangat tidak produktif jika kita tarik korelasinya dengan tema-tema atau visi pembangunan nasional. Tugas kita menghubungkan garis pembangunan dari periode ke periode, bukan memutus mata rantainya.
Kalau penularan Covid-19 ya tak masalah kita memutus mata rantainya. Tapi soal pembangunan, jangan dibuat begitu. Perlu disambungkan terus. Roda pembangunan di Indonesia terus didorong, mengalami progress.Â
Bukan yang sedang dan tengah dibangun malah dipatahkan, dilawan atau dihentikan. Kemudian, semua spirit atau fundamen itu berasal dari sistem demokrasi kita. Terlebih dalam proses seleksi kepemimpinan yakni Pilkada Serentak dan Pemilu.
Kita tidak pernah mau demokrasi disetarakan dengan septic tank. Baik bauhnya yang membuat mual, posisinya yang dilihat dari jauh saja sudah membuat kita tidak nyaman. Baru dari luarnya saja membawa kesan jorok. Demokrasi kita dindarkan dari pandangan seperti pada septic tank. Berarti demokrasi harus menyenangkan kita. Membuat kita rakyat tersenyum gembira, bukan menutup hidung saat berada disekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H