Dengan menjalankan prinsip-prinsip keadilan, kemajuan Indonesia akan kita raih. Yang membuat Negara terseret pada konflik dan pertentangan, karena keadilan belum didistribusikan secara merata.
Diskriminasi masih begitu telanjang kita saksikan. Modal sosial kita sebetulnya begitu banyak. Dimana rakyat Indonesia dikenal ramah-ramah, toleran, punya solidaritas tinggi dan berpegang teguh pada semboyan persatuan 'bhinneka tunggal ika'.
Dalam sebuah ramalan futuristik, Soekarno berucap bahwa perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri. Apa yang disapaikan Soekarno, kini mulai terjadi. Dimana upaya konsolidasi nasional dihadang dengan isu-isu primordial, sentiment kedaerahan. Ekspresi perlawanan rakyat yang merasa belum diperlakukan adil oleh pemerintah.
Serta beragam protes lainnya. Kemandirian nasional yang menjadi impian rakyat seperti baru terwujud dalam wacana. Kebijakan pemerintah yang pro rakyat termarginal juga belum kesampaian. Masih bersifat segmentatif, parsial. Pilih kasih, kecenderungan mendahulukan rakyat yang punya kesamaan haluan dan warna bendera politik masih terlihat di depan mata kita. Konsekuensinya, Negara menerima beban perlawanan rakyat.
Entahlah penghianatan dan pengingkaran terhadap spirit juang membangun Indonesia itu datang dari elit pemerintah ataukah rakyat, belum jelas juga kita deteksi. Sehingga sulit disimpulkan. Tak main-main, bahkan konstitusi pun dilawan, lihat saja praktek korupsi di negeri ini.Â
Sudah tau korupsi merupakan perbuatan mencuri hak orang lain, masih ada saja elit pemerintah dan politisi kita yang korupsi. Sekiranya, Hari Pahlawan 2020 membuat rakyat semesta mengambil keteladanan, ghirah perjuangan para Pahlawan Indonesia.
Paling sederhana dari pelajaran yang perlu diambil pemerintah terhadap perjuangan para Pahlawan ialah dedikasi. Mereka reka berada di medan juang Indonesia kepentingan banyak orang. Demi kemerdekaan atau membebaskan rakyat dari penjajahan, perlawanan dilakukan.Â
Mereka tidak memiliki sikap pengecut. Berani bertanggung jawab, bahkan memerangi mereka yang dinilai tidak adil (imperialis). Kemudian, para Pahlawan itu mempunyai rasa kasih, tulis dan adil.
Tidak gila, tertipu, dan tergiur atas tawaran jabatan. Ekspektasi itu perlu diwujud-nyatakan rakyat dalam Pilkada Serentak 2020 dengan memilih pemimpin daerah yang bertanggung jawab. Tidak hanya setia, tapi berani berkorban demi rakyatnya. Lalu tetesan nilai Revolusi Ahlak yang dikobarkan Habib Riziqe, dapat dijadikan pandangan hidup kita. Bukan sekedar pemanis bibir saat bicara, apalagi alas kaki.
Melainkan, bagaimana Revolusi Akhlak itu bermetamorfosa dalam kehidupan kita sehari-hari. Pemikiran besar dan terbaik ini harus tertular di tengah masyarakat, bukan sekedar menjadi konsumsi politik. sebetulnya, jantung perubahan itu berada pada akhlak.
Karakter, kepribadian, kesantunan dan etika kita sebagai manusia adalah inti dari perubahan itu sendiri. Bagaimana merubah hal-hal besar, kalau merubah akhlak saja kita belum mampu melakukannya.