Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menakar "Timbangan Dosa" Wakil Rakyat

27 Oktober 2020   12:46 Diperbarui: 27 Oktober 2020   19:04 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika terus mengabaikan kepentingan rakyat, berarti wakil rakyat ikut meruntuhkan janjinya. Mereka seperti melegitimasi aturan-aturan kenegaraan yang menyulitkan rakyat kecil, itu menambahkan dosa kolektif mereka. Akan dimintai pertanggung jawaban saat mereka meninggal dunia nantinya. Bukan ancaman atau cerita karangan, melainkan sebagai manusia yang percaya atas Tuhan kita pasti meyakini ada kehidupan kekal abadi setelah kita meninggalkan dunia ini.

Bagi wakil rakyat yang takut berbuat dosa pada rakyatnya, mereka akan getol bicara dan membela para pendemo. Rakyat yang berdemo karena keberatan UU Omnibus Law Cipta Kerja misalnya, harus dibela. Sekalipun ada yang luput dari bacaan mereka dari UU itu, berikan edukasi. Bukan saat rakyat melakukan demo lalu ditangkap, apalagi dibantai bila itu terjadi. Segeralah taubat para wakil rakyat yang terhormat, ketika masih ada yang membegal. Jangan menyiksa rakyat.

Praktek saling melipat saat Pemilu atau Pileg itu anggaplah telah berakhir. Setelahnya, di parlemen rakyat berharap anda kompak. Bisa bermusyawarah untuk kepentingan masyarakat. Bukan membuat drama. Bukan membuat konspirasi busuk. Bukan pula menyulap proses musyawarah menjadi sekedar musyawarah bisu penuh intrik. 

Tegak luruslah, berikan dedikasi untuk rakyat. Jangan menjadi wakil rakyat bengis, sombong dan menindas hak-hak rakyat. Rakyat berharap ada bekerja, berfikir kritis dan produktif. Hindari praktek kamuflase, berpikiran atau berpenampilan merakyat tapi menuhankan kapitalis. Takluk pada dominasi modal. Akhirnya mudah dibius, dan bungkam.

Sukar, bahkan tidak ada wakil rakyat yang meraih posisinya itu dengan gratis. Mereka pasti berjuang total, serius dan berdarah-darah. Hal itu harus kita akui, bahwa seperti itulah politisi pejuang. Walau tidak semua politisi yang apatis terhadap kepentingan rakyat. Tapi, kebanyakannya wakil rakyat begitu, hanya memperkaya diri. Selebihnya, sebagai pemilik kedaulatan, kita rakyat berhak mengingatkan mereka. Karena dari rakyatlah marwah dan eksistensi mereka ada. Ada wakil rakyat care pada rakyat, walaupun tidak banyak. Tidak terus-menerus, hanya musim politik saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun