Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Ujian Demokrasi dan Petaka Pilkada

10 Juli 2020   06:28 Diperbarui: 13 Juli 2020   18:18 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrasi di gerbang disintegrasi (Foto Fahri)

Terutama kaun cendekiawan, para akademisi yang berfikir radikal, luas serta punya kemampuan melawan, haruslah menjadi pelopor perubahan kemajuan demokrasi. Jangan sampai demokrasi lepas, atau berada selalu dalam kendali kaum pemodal.

Penyelenggara Pilkada tentu menjadi kuncinya. Ketika mereka mau dibeli integritasnya, menjual murah trust publik, sudah pasti hancurlah tatanan demokrasi yang kita bangga-banggakan selama ini.

Berhentilah bermental inlander. Jadilah pemimpin, jadilah pribumi yang bangga atas warisan sejarah para pendairi bangsa Indonesia tercinta. Penyelenggara Pilkada jangan mau didikte kepentingan kekuasaan.

Bangkit melawan, atau tunduk tertindas, minimal berdiri di atas kebenaran, tidak berpihak kepada personal atau kelompok. Melainkan tegak lurus pada kebenaran, jika siapa kandidat Kepala Daerah yang menang memperoleh suara terbanyak, berpihaklah pada kebenaran demokrasi. Bukan kebenaran buatan sendiri dan kebenaran akal-akalan.

Ujian penyelenggara Pilkada di era pandemi ini tidak mudah. Karena sudah pasti kompetitor Kepada Daerah tentu bermain politik pragmatis, belanja dan memperjual-belikan suara masyarakat.

Diperkirakan yang bertarung bukan gagasan progresif revolusioner yang kontsruktif, melainkan siapa kandidat yang lebih memiliki sumber daya keuangan.

Perang finansial dan model akan bermain di Pilkada darurat ini. Bagi petahana, mereka akan memanfaatkan bantuan sosial dari pemerintah untuk dipolitisasi. Dimainkan seolah-olah seperti pemberian dirinya sendiri, padahal dari masyarakat pula bantuan itu.

Penyelenggara Pilkada jangan mau disuap. Apapun alasannya, bersekutu untuk melakukan hal-hal tercela dalam proses demokrasi merupakan tindakan merugikan publik. Menghindarlah kalian para penyelenggara Pilkada dari area transaksi kepentingan, barter uang dengan suara masyarakat, jika mau selamat dalam ujian.

Para penyelenggara Pilkada akan naik kelas bila selektif, konsisten, menjaga etika penyelenggara Pilkada, tidak curang dan menjalankan apa yang diperintahkan dalam regulasi Pilkada. Jangan ikut arus dan gelombang seperti sampah yang pasrah mengikuti kemana arah arus maupun angin.

Tentu secara komprehensif ujian Pilkada ini melibatkan masyarakat sebagai elemen penting. Masyarakat merupakan bagian primer dalam kebutuhan berdemokrasi, jika mereka tidak teredukasi dengan baik melalui sosialisasi penyelenggara Pilkada, maka tentu kesuksesan Pilkada akan diragukan. Sebab salah satu bagian penting suksesnya demokrasi adalah lahirnya partisipasi politik dari masyarakat.

Faktor lain yang ikut menopang terwujudnya keberhasilan demokrasi yaitu partai politik, para kompetitor di Pilkada serta penyelenggara Pilkada bersama pengawasnya menjalankan tugas edukasi secara aktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun