Kapan pemerintah Indonesia betul-betul serius menanggulangi nasib kaum mustadh'afin? Mereka juga berkeinginan hidup berkecukupan, hidup senang dan bahagia. Negara jangan lepas tangan, perlunya Negara hadir dengan membawa solusi yang tepat. Mereka yang terpinggirkan itu rata-rata berpendidikan rendahan, karena tak berkecukupan ekonomi, bahkan sebagian mereka tak sempat merasakan bangku sekolah formal.
Presiden Jokowi di periode keduanya ini, jangan terlalu sibuk dengan pindah Ibu Kota Negara. Rakyat kecil mengharapkan anda fokus membanahi kesejahteraan mereka. Sekiranya, hal itu yang lebih mendesak. Kemiskinan harus diberantas, bukan didiamkan, lantas berharap rakyat secara mandiri bangkit. Betapa curang dan tidak punya nurani, jika pemerintah memelihara mindset itu.
Selamatkan kaum mustadh'afin agar mereka juga dihormati dan hidup mulia. Jangan membangun pemahaman bahwa semua kemiskinan rakyat terjadi karena ulah rakyat sendiri. Betapa terbatasnya, kalau pemerintah berkesimpulan begitu. Tingkatkanlah taraf ekonomi rakyat. Jangan malah melahirkan lagi kejahatan structural. Yang atas kebijakan itu berimbas pada makin merosotnya kehidupan rakyat.
Memberantas kemiskinan di tengah rakyat, bukan berharap mereka segera mati. Dibiarkan kelaparan, setelahnya rakyat mencuri atau melakukan criminal untuk mempertahankan hidup, kemudian pemerintah melalui aparatnya menindak mereka secara hukum. Berarti pemerintah bisa dikatakan kehilangan ide pembangunan. Membunuh rakyat secara berlahan.
Semestinya, pemerintah melahirkan program yang mensejahterakan rakyat. Bagaimana melahirkan formulasi kebijakan yang efektif, sehingga rakyat miskin, terpinggirkan bisa diberdayakan. Rakyat kita juga tahu, bahwa kekayaan alam kita di Indonesia tidaklah sedikit. Jangan pemerintah kikir (bakhil) pada rakyat sendiri. Â
Kesan yang terbaca ke publik, pemerintah kita begitu masa bodoh melihat rakyat miskin. Para peminta-minta, rakyat yang perlu dan sangat perlu untuk dibantu. Sederhana kita mengecek kenapa praktek pencurian, perampokan dan penipuan sering kita temui di layar-layar kaca Televisi, alasan paling umum karena mereka kelaparan. Karena dasarnya kita orang Indonesia bukan bermental pencuri.
Pemerintah cepatlah hadir beri solusi agar kekerasan tersebut tidak ada lagi. Dari data Kompas.com, 22 April 2019 gelandangan dan pengemis (Gepeng) di Indonesia diperkirakan berjumlah 77.500 tersebar di Kota-Kota Besar. Di era Corona Virus (Covid-19) populasi rakyat miskin akan meningkat. Itu menandakan jumlah Gepeng atau kaum mustadh'afin bertambah. Pemerintah makin dihadapkan dengan tugas yang maha mulia. Jangan dijadikan sebagai beban pemerintah.
Sebagai renungan, diakhir tulisan ini saya mengutip Firman Allah SWT, dalam Al-ur'an Surat Ar-Ra'd : 22 yang artinya, dan orang yang sabar karena mengharap keridaan Tuhannya, melaksanakan Salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-tarangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik). Kepada para Gepeng dan rakyat miskin yang membutuhkan, kira kita yang berkelebihan dapat membantu mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H