Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Kolektor

Pernah kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unsrat Manado

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jabatan Seperti Racun, Kadang Membuat Pikun

17 Februari 2020   13:15 Diperbarui: 17 Februari 2020   20:42 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Amas Mahmud | dokpri

Salut atas keberanian kalian, membunyikan bel perlawanan. Membuat kode dan menciptakan musuh dengan kawan sendiri, sikap arogan kalian akan memenjarakan sekaligus menjerumuskan kalian. Untuk kalian bertiga, bersama konco-konco dan sengkuni, kita saling topang dalam doa. Optimis saja kita pasti ketemu di arena lain, pertandingan yang boleh jadi lebih seruh. Selamat merayakan kemenangan.

Selamat berbahagia kalian yang telah menyingkirkan orang lain. Tentu kalian belum puas, sekarang mungkin saja sedikit merasakan kemenangan karena telah berhasil melengserkan, menjegal orang yang mereka tidak kehendaki. Semoga besok lusa, beberapa tahun kedepan kalian tidak sedih, tidak meminta bantuan orang-orang yang kalian jegal itu kawan. Silahkan memamerkan kesombongan.

Nama kalian dan perbuatan sarkastis kalian akan selalu dikenang. Terutama di benak orang-orang yang kalian jatuhkan karirnya dengan tragis, begitu memalukan. Selamat melanjutkan pengabdian, berbuatlah kebaikan, perbanyaklah bergaul dan ikuti aturan main, hanya itu membuat kalian tenang dalam mempertahankan karir.

Saat hidup dalam kemapanan, setiap orang berpotensi menjadi jahat. Kapada orang dekatnya, kawan dan apalagi yang dianggapnya musuh. Seperti musuh umumnya, kalau dianggap mengganggu akan dihajarnya. 

Sebagian kita yang mengemban jabatan menjadi pelupa atau pikun. Kita lupa atas kebaikan orang lain, kadang juga membuat kita seperti babu yang menghamba berlebihan pada dendam dan mereka yang membantu. Sering kali jabatan itu berubah menjadi racun yang mematikan orang-orang disekitar kita. Lalu suatu kelak, berubah lagi, malah kita juga bisa keracunan karenanya. Kemudian mati terhina.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun