Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fraud dan Pembusukan Politik

14 Mei 2024   08:00 Diperbarui: 14 Mei 2024   10:48 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DEMOKRASI sangat penting untuk kesehatan mental rakyat. Jika prakteknya bermasalah, ada fraud (illegal act), maka hal itu akan berimbas pada peradaban rakyat secara universal. Dengan begitu, nilai-nilai demokrasi penting untuk dijaga keaslian dalam aktualisasinya.

Akhir-akhir ini kita mendengar dan menemukan apa yang disebut dengan pembusukan politik. Kalau ditelisik, politik merupakan bagian dari operasionalisasi demokrasi. Ketika politik membusuk, berarti demokrasi sudah sakit sekarat. Pembusukan politik otomatis terjangkit pada demokrasi.

Beragam persepsi yang berkembang di tengah rakyat, dan hal itu bisa dipotret lebih terang-benderang lagi. Setidaknya melalui keluh kesah, kerisauan, kegelisahan, dan kecemasan para politisi yang mengikuti kontestasi Pemilu 2024. 

Bahkan, kita rakyat yang bukan menjadi aktor politik juga merasakan. Bahwa praktek berpolitik kita penuh dengan keculasan. Pertarungan kapital dan kekuasaan bermain di sana. Benturan kepentingan begitu sukar dikendalikan, hasilnya tatanan demokrasi terdestruksi.

Padahal, demokrasi yang diperlakukan secara destruktif atau dirusak akan membawa dampak sistemik bagi kehidupan rakyat. Kesejahteraan dan keadilan yang dinanti-nantikan rakyat akan sulit diraih. Praktek gotong royong untuk melahirkan kemajuan bersama demi mewujudkan cita-cita kemerdekaan bukan menjadi entitas penting yang diperjuangkan seluruh elemen rakyat. Ironis, rakyat terkooptasi, dipolarisasi dengan kepentingan politik sesaat.

Panggung politik kita di Indonesia seperti kering dari apa yang kita sebut transfer of knowledge. Yang ada malah kegersangan pengetahuan tentang adab, etika, kesopanan sosial, dan meredupnya kekuatan intelektualitas. 

Publik lebih tertarik dengan materi (finansial) dalam politik. Yang diduplikasi bukan kebaikan, saling peduli, atau kepekaan terhadap sesuatu yang positif, melainkan mereka meletakkan dirinya begitu hina yaitu secara sadar dan rela menjadi budak kaum politisi borjuis.

Rakyat lebih menuhankan kekayaan dan bantuan sosial, ketimbang keteladanan kepemimpinan dan visi pembangunan peradaban. Esensi politik dikaburkan para politisi jahat, politisi yang hanya menghendaki kursi empuk kekuasaan. 

Lalu menghalalkan segala cara demi meraih cita-citanya. Pasti sebagai hamba rasional, kita sadar bahwa demokrasi kita tengah tercoreng akibat politik materialistik dan intimidasi delusif dengan menggunakan tangan-tangan kekuasaan sedang terjadi dalam Pemilu 2024. Tanpa nurani membegal aturan. Tak memikirkan bahwa ulah buruk seperti itu akan dicatat dalam lembar sejarah. Kelak pelakunya akan menjadi bangkai sejarah yang membusuk.

Tantangan di depan mata itu menjadi Pekerjaan Rumah (PR) kita bersama. Kalau kita diamkan, percayalah 10 atau 20 tahun ke depan masa suram akan melanda generasi kita di pentas politik. Kebersamaan, upaya menjunjung kebenaran dan keadilan dalam politik menjadi pudar. 

Bahkan diinjak-injak. Itu sebabnya, kita merasa sesak nafas melihat demokrasi dihancurkan, pembusukan politik membuat kita murka, wajib mengambil bagian. Selemah-lemahnya, atau sekecil-kecilnya ialah kita hadir untuk melakukan edukasi politik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun