Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Gibran Dibajak Beringin, Banteng Meradang

21 Oktober 2023   22:03 Diperbarui: 22 Oktober 2023   17:41 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Duet Prabowo - Gibran (Dok. WAG) 

Ketum Golkar, Airlangga Hartarto seperti mengalah, melupakan cita-citanya untuk menjadi Cawapres. Padahal, sebelumnya ada baliho, billboard dimana-mana yang mempromosikan Airlangga sebagai Capres/Cawapres. Memiriskan.

Setidaknya, Golkar biasanya punya stok kader yang berlimpah untuk dipasangkan atau didistribusikan saat Pilpres. Kali ini terbalik. Golkar seolah krisis kader untuk menjadi pemimpin di pentas nasional. Airlangga memang beda sebagai Ketum.

Tentu ini menjadi catatan buruk. Sementara di sisi lainnya, PDI Perjuangan disebut-sebut berang, kepanasan, kebakaran jenggot karena Gibran dicuri partai lain. Benarkah, PDI Perjuangan akan melawan Jokowi habis-habisan?. Kita lihat saja nanti.

Ketika PDI Perjuangan murka, secara politik itu sah-sah saja. Karena mereka memiliki investasi besar untuk masa depan politik Gibran hingga saat ini. Gibran yang dinilai menaikkan bargaining politik dikala Ayahnya menjabat Presiden juga rasanya tidak tepat.

Idealnya Gibran menahan diri. Jangan memanfaatkan kesempatan karena Ayahnya masih Presiden Republik Indonesia. Ini soal etis dan tidaknya. Bagaimanapun relasi kuasa tak bisa dinafikan. Gibran diistimewakan Golkar itu karena Jokowi sebagai Presiden.

Bukan apa-apa, kelak bila Jokowi bukan lagi Presiden dan Gibran kalah bertarung Cawapres 2024, pasti Gibran tak dianggap lagi. Barusan kader-kader terbaik Golkar itu banyak berbaris rapi. Gibran kali ini beruntung saja, dan situasi ini pasti diketahui publik.

Kenapa Beringin digoyang? karena rumor beredar posisi Airlangga sedang disandera dengan skandal politik dugaan korupsinya. Alhasil, sebagai kompensasi Golkar harus jadi jaminan mengusung Gibran. Sudah tentu, PDI Perjuangan dalam waktu bersamaan merasa diobok-obok dan murka.

Sebagian kader Golkar menyebut Gibran diusung Cawapres merupakan berkah dan keuntungan, itu sah-sah saja. Tapi, dalam kontes citra Golkar sebagai partai besar akan tergerus di mata rakyat sebagai konstituen. Golkar dianggap memaksakan Gibran yang notabenenya bukan kader Golkar.

Sementara, Golkar surplus kader yang layak dimajukan. Merasa kadernya dibajak Beringin (Golkar), Banteng meradang dan itu lumrah. Lagi-lagi posisi politisi seperti Gibran rawan menjadi alat eksploitasi. Gibran terlampau muda untuk diolah hingga matang. Akhirnya, peluang itu diambil politisi senior untuk dikapitalisasi.

Dalam situasi misalnya Gibran sudah mendaftar ke KPU, maka loyalis Presiden Jokowi juga akan dilematis. Bagaimanapun Gibran adalah anak biologis Jokowi, sehingga sudah pasti Jokowi berjuang total untuk anaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun