Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Patahan Sejarah KNPI

25 Juli 2023   08:29 Diperbarui: 4 Oktober 2024   09:18 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap napas seseorang adalah sebuah langkah menuju ajalnya. Jika kita menukil perjalanan organisasi Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), sejak kelahirannya, 23 Juli 1973. KNPI terus melahirkan dinamika.

Meski tak tenggelam, KNPI selalu bergelut dengan konflik internalnya. Dari perpindahan kepemimpinan nasional pemuda, KNPI punya ciri khas pergolakan sendiri.

Pada kepengurusan satu ke kepengurusan selanjutnya, KNPI melahirkan konflik kepentingan yang sengit, juga tajam. Di tahun 2023, KNPI berusia 20 Tahun. Tentu banyak harapan yang akan kita ajukan, tanamkan, dan gantungkan.

Setidaknya KNPI terbebas dari polarisasi yang serius. Yang membuat organisasi kepemudaan ini menjadi loyo, tidak kompak memperjuangkan kepentingan rakyat. Dinamika yang memobilisasi KNPI hanya pada soal politik praktis, lalu mengabaikan rakyat. KNPI haruslah lebih matang.

Marwah dan kedewasaan sebagai organisasi semakin mengalami progres. Tentu kita merasa haru, larut dalam kesedihan melihat stigma buruk dari aktivis muda, atau mereka yang telah purna berKNPI. Walau di sisi lain, KNPI membutuhkan kritik dan otokritik. Ya, otokritik bukan hinaan, atau cacian, apalagi sumpah serapah.

Kader terbaik KNPI harus tegak berdiri, di tengah gelombang hujatan bahwa KNPI hanya seperti bengkel atau gudang barang bekas. Tempat transaksi hal-hal buruk. Wadah penghancuran moral, dan tuduhan-tuduhan jahat lainnya yang dialamatkan pada KNPI. Sekali lagi, KNPI adalah rumah besar pemuda yang telah dan akan mencetak kader-kader terbaik pemimpin masa depan Indonesia.

Menyikapi konflik di KNPI yang melahirkan adanya polarisasi. KNPI berusaha dikendalikan para bandit, lara pencopet organisasi. Kata seorang politikus dari Jerman, Adolf Hitler, bahwa orang yang tidak memiliki rasa sejarah, adalah seperti orang yang tidak memiliki telinga atau mata.

Artinya, menurut saya kita harus meluruskan sejarah KNPI yang patah saat ini. Sejarah yang dikaburian. Dari proses mengacaukan KNPI, seolah diubah alur ceritanya dengan ragam rekayasa. Sehingga dibuatkan cerita bohong, para perusak KNPI dimuflase seperti penyelamat organisasi. Sejarah mau dikerdilkan. Cara tipu daya seperti ini tengah dilakukan oknum-oknum pemuda yang merasa mereka punya modal uang dan koneksi kekuasaan.

Kita harus bertindak. Seperti yang diingatkan Imam Ali bin Abi Thalib, kezaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat. Tapi karena diamnya orang-orang baik. Diusia 50 Tahun KNPI tidak boleh lagi diobok-obok, dijadikan sebagai barang dagangan segelintir penipu.

Karena dalam satu ungkapan bijak kita diminta belajar dari pengalaman. Hanya mereka yang mengenal trauma, mereka yang pernah dicakar sejarah, tahu benar bagaimana menerima kedahsyatan dan keterbatasan yang bernama manusia. Maka, jangan sampai kita lengah dan ditipu atau dicelakai lagi hanya sebab kerakusan satu dua orang.

Untuk mengikat kader-kader muda di KNPI, kesadaran kolektif mesti dibangun. Percayalah, hanya dengan semangat kebangsaan, yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan. Yang dapat mengantar kita maju dalam sejarah dunia. Silahkan pemuda mengambil peran emas itu dengan membangun persatuan nasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun