Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Komorbid Korupsi, Budaya Flexing Menggerogoti

30 Mei 2023   11:53 Diperbarui: 16 Juni 2023   17:59 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramailah spekulasi bermunculan. Kait-mengaitkan kepentingan politik praktis tumbuh kembang. Mengalir deras bagai arus, hal itu tak mudah dibendung. Opini publik bergulir. Muaranya, asumsi atas penangkapan Johnny Plate karena dianggap NasDem membangkan pada pihak Istana dengan mengusung Anies Baswedan.

Hanya Allah SWT yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Dan genderang perang politik telah dibunyikan. Antara NasDem, PDI Perjuangan, dan Presiden Jokowi mulai tercium aroma ketegangan politik. Di permukaan kelihatan tak ada dendam. Retorika politik dirangkai, namun kita tak bisa menjamin itu.

Bisa jadi ada kegaduhan di balik itu. Seperti yang kita ketahui, politik selalu menampilkan dua panggung sekaligus. Panggung depan dan panggeng belakang, biasanya tidak sama. Apalagi para politisi kita ada yang memiki politisi emosionel, politisi santun, politisi plin-plan, ada pula yang menjadi seniman politik.

 Kerumitan tersebut membuat publik tidak mudah menakarnya. Ada elit politik yang kelihatannya saling menyerang di depan publik, namun sebetulnya berkawan dan sangat mesra hubungannya. Bbegitu juga sebaliknya. Kelihatan santun, akrab, dan saling sayang tapi dibelakangnya saling hajar.

Saling gunting dalam lipatan. Tensi politik menyongsong Pemilu 2024 terus meningkat. Ini menandakan kompromi dan saling rebut-rebutan kepentingan tengah terjadi. Sebagai negara hukum kita berharap para penegak hukum tidak didikte politisi. Penegak hukum punya marwah, jangan mau diinjak politisi.

Jangan mau dihinakan, dijadikan alas kaki politisi. Karena itu berbahaya. Biarkan saja pentas politik diramaikan dengan kontestasi ide dan festival gagasan yang padat, jika politisi saling hajar biarkan saja. Tak boleh penegak hukum mengikuti kecenderungan dan kepentingan para politisi untuk saling menghantam.

Kita dapat membacanya. Sekarang politisi sudah saling menawan, saling teror kepentingan dilakukan. Johnny Gerard Plate yang ditersangkakan karena dugaan pelanggaran pidana, harus dibuktikan itu. Dengan cara dan pendekatan pengungkapan kasus tersebut secara tuntas. Tidak boleh ada tebang pilih.

Para penegak hukum menjadi penjaminnya. Tidak ada unsur-unsur politik di dalam kasus ini, seperti demikianlah diksi yang dibangun sejumlah politisi. Termasuk dari dalam partai NasDem sendiri. Kalau memang itu benar, ayo Kejaksaan Agung bongkar dan telanjangi kasus ini secara utuh.

Situasi sedih atas terjerumusnya alumni aktivis Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) ini begitu dirasakan Surya Paloh, selaku Ketua Umum DPP NasDem. ''Kami berupaya untuk kami tetap tegar. Kami berupaya untuk tetap senyum, suasana ini tidak seperti biasanya. Saya memahami itu''. Begitu kata Surya Paloh belum lama ini di hadapan para awak media di NasDem Tower, Mentang, Rabu 17 Mei 2023.

Tidak bisa dipungkiri peristiwa politik yang menimpa NasDem tersebut ikut memperbesar polarisasi politik di republik Indonesia ini. Lahir sinyalemen, dugaan bahwa ini merupakan skenario menjegal Anies Baswedan dengan berbagai cara. Membaca politik memang tidak sumir. Kita butuh berbagai pendekatan.

 Korupsi sebagai Komorbid

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun