Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Segregasi Politik dan Embrio Keretakan Demokrasi

27 Mei 2023   19:17 Diperbarui: 16 Juni 2023   17:57 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rebutan kursi, ilustrasi (Dok. Nusantaranews.co)

Elit partai NasDem, Johnny Plate, termasuk Surya Paloh tahu betul hukum bukankah alat balas dendam politik. Para penegak hukum bukan tukang pukul bagi lawan politik para penguasa di republik ini. Sampai pada bagian itu apakah, sudah tak ada persepsi lain?. Dari satu asumsi ke asumsi lainnya yang berkembang, saling menganulir. Politisi pasti punya insting politik. Kita nantikan saja, sejauhmana Surya Paloh berdiri, perkasa, dan mendorong agar kasus BTS dibuka secara terang-benderang.

Segregasi politik makin kelihatan. Hukum diasumsikan dan dipersepsikan menjadi alat pihak penguasaan untuk menindas lawan-lawan politiknya. Bagi pihak dinilai tidak tertib, mengganggu, maka hukum diarahkan untuk memangkas karir politiknya. Penegakan hukum tidak lagi objektif dan equal. Hukum dijalankan sesuai selera mereka yang super power.

Politik saling libas. Bukan saling rangkul, tapi saling memukul dipertontonkan elit politik. Sekedar obat penghibur hati, mereka yang dilibas akan akan berpegang pada hukum tabur tuai. Bahwa kali ini mereka didzolimi, akan ada waktunya yang mendzolimi terdzolimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun