GANJAR Pranowo resmi diberikan penugasan dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, Sabtu, 22 April 2023. Berbagai pihak tentu senang atas keputusan tersebut. Utamanya bagi pendukung militan Ganjar Pranowo. Publik mengakui Ganjar menjadi alat endorsement bagi PDI Perjuangan.
Kita berharap publik tidak diprank Megawati. Kelompok politik yang mengaku nasionalis bergembira, makin solid untuk melawan Anies Baswedan yang dianggap sebagai lawan tanding paling kuat untuk Ganjar. Tentu yang dilakukan Megawati bukan lagi kejutan. Karena alasannya jelas, Ganjar memiliki elektabilitas tertinggi.
Terlepas dari posisi Megawati yang tersandera dari Koalisi Besar untuk Pemilu 2024 yang tengah digagas Prabowo, Airlangga, Cak Imin, Zulhas, dan Muhamad Mardiono. Kekuatan, ketepatan memilih mitra koalisi tentu sangat menentukan kemenangan parpol dalam Pemilu.
Atas kepentingan tersebut seluruh elit yang mengendalikan kendaraan politik perlu selektif dan komprehensif membaca keadaan. Peta jalan politik dalam Pemilu 2024 rupanya 75% berusaha diarahkan atau di copy paste dari koalisi 2019 silam. Walau konstalasi politik saat ini akan berbeda karena Prabowo diasosiasikan bersama faksi politik Istana.
Tapi, ada pihak yang begitu yakin Prabowo akan jadi korban PHP (Pemberi Harapan Palsu) lagi. Prabowo akan dijadikan bahan lelucon (prank). Benarkah demikian?. Kita lihat saja nanti. Keyakinan politik saya, move Megawati tentu didasarkan atas pemantik tertentu. Benarkah skema mengawinkan Prabowo - Puan akan pupus?. Bagi saya belum tentu.
PDI Perjuangan hanya mau membaca reaksi publik. Bagaimana ketika Ganjar diusung, atau istilahnya diberi tugas politik. Toh, pada akhirnya Ganjar akan dievaluasi sebelum keputusan final PDI Perjuangan diambil Ibu Megawati. PDI Perjuangan hanya tidak mau ketinggalan momentum. Tentu Ibu Megawati tidak rela Ganjar dibajak Koalisi Partai Besar.
Untuk mengantisipasi pembajakan kader PDI Perjuangan, maka Megawati mengambil langkah cegah dini. Megawati mau mengirimkan message ke rival politiknya bahwa yang sedang berada di ranking teratas dalam survei dari berbagai Lembaga Survei adalah kadernya.
Tentu Megawati tak mau partai politik lain yang mendapatkan efek ekor jas tersebut. Lebih baik memaksakan Ganjar "formalitas" daripada membiarkan partai politik lain menerima dampak positif dari elektabilitas Ganjar yang tengah moncer. Di sisi lain, bagi pengamat politik kita pasti juga mengerti body language Megawati.
Yang tentu kurang nyaman jika PDI Perjuangan merekomendasikan Ganjar sebagai calon Presiden. Megawati pasti lebih mengharapkan Puan Maharani yang diusulkan PDI Perjuangan. Publik juga sudah mengetahui bahwa Ganjar adalah anak emasnya Presiden Jokowi. Pastilah Ganjar akan lebih loyal ke Jokowi ketimbang Megawati.
Dengan diputuskannya Ganjar dengan tambahan penugasan sebagai calon Presiden dari PDI Perjuangan, berarti peluang Ganjar diduetkan dengan Erick Thohir makin mudah terealisasi. Megawati memang terjepit kali ini. Jika menolak Ganjar, maka partai Koalisi Besar akan mengambil Ganjar sebagai jagoannya di Pilpres 2024.
Sudah perhitungan memang dilewati Megawati untuk menentukan penugasan terhadap Ganjar. Ketimbang memaksakan Puan dengan konsekuensi perolehan suara PDI Perjuangan akan merosot di Pemilu 2024. Megawati pasti rasional memilih Ganjar. Di atas kertas Ganjar, Prabowo, dan Anies merupakan kandidat kuat Presiden 2024.
Kelihatannya Megawati mulai menurunkan egonya. Mengawati lebih memikirkan kebesaran PDI Perjuangan daripada kebesaran dinasti politiknya. Jika Ganjar menang, beda lagi reaksi Megawati nantinya. Bisa jadi, kepemimpinan PDI Perjuangan dialihkan. Bukan lagi di tangan Megawati.
Tautan kepentingan inilah yang membuat Megawati berfikir keras. Agar tetap aman. PDI Perjuangan masih tetap berada dalam trah politik sang proklamator. Yang ditakutkan Megawati tentu adalah perpindahan kekuasaan, Megawati tentu tidak memimpikan PDI Perjuangan dikendalikan atau diambil alih Ganjar, bila Ganjar terpilih sebagai Presiden Republik Idonesia. Pasti akan terjadi messed up "kacau", ketika itu terjadi.
Kemudian, ketika menyimak pidato Megawati saat memberi tugas kepada Ganjar, dan juga pidato Ganjar, terbaca ada suasana kontradiksi. Ganjar yang menyebut anak-anak Soekarno kelihatan ada keraguan, dia tidak langsung menyebut anak ideologis atau anak biologis. Ganjar hanya menyebut anak bangsa.
Lalu, bagaimana dengan nasib Prabowo Subianto?. Insya Allah Prabowo tidak di-PHP lagi. Kalau membaca skenario 3 (tiga) kandidat Presiden, diantara Ganjar - Erick, Prabowo - Airlangga, dan Anies - AHY atau Khofifah, maka rebut-rebutan kemenangan secara probabilitas dimenangkan Anies. Bila duel, Ganjar - Erick atau Prabowo vs Anies - AHY atau Khofifah, maka akan sengit pertarungan. Ganjar berpotensi menang. Anies akan menjadi common enemy.
Kehadiran Koalisi Besar tentu merupakan cerminan dari antitesis Anies. Mereka berada di bawah kendali LBP dan Presiden Jokowi. Bargaining Koalisi Besar tentu kuat, mereka bukan organ taktis Megawati. Akan menjadi musuh politik Megawati, jika Ganjar tidak diambil PDI Perjuangan dalam kompetisi politik 2024.
Syukurlah Megawati telah membaca tanda-tanda itu. Memutuskan Ganjar sebagai calon Presiden pilihan PDI Perjuangan adalah "jalan keselamatan" bagi PDI Perjuangan. Kita lihat kondisi pekan mendatang, pasti partai politik yang tergabung dalam Koalisi Besar satu persatu mendukung Ganjar. Pilihan mereka hanya satu jika mau menang. Yakni melebur dan mendukung Ganjar - Erick.
Keberpihakan Koalisi Besar di luar dukungannya terhadap Ganjar adalah keajaiban. Sudah hampir dipastikan mereka mendukung Ganjar. Tidak beranilah Airlangga, Zulhas, Cak Imin, dan Plt Ketum PPP melawan perintah Istana. Begitu pula dengan Prabowo, pasti meminta pamit baik-baik juga tak mau mendukung Ganjar.
Karena obsesi Prabowo untuk maju Pilpres 2024 akan pupus jika tidak direstui Jokowi. Prabowo juga dalam posisi dilematis kali ini. Tak mungkin kader-kader partai Gerindra legowo jika Prabowo disandingkan sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Ganjar. Kalau dipasangkan skema Prabowo - Ganjar masih rasional menurut mereka.
Meski begitu, ini politik. Bukan bicara rasional, setara, dan tidak setara. Ini soal paket mengamankan kepentingan pribadi serta kepentingan kelompok. Semua yang tidak mungkin bakal menjadi mungkin dalam politik. Prabowo bisa saja tertib, takluk bila diperintah mendukung Ganjar - Erick. Dan yang memerintah itu adalah Jokowi.
Kemungkinan lain, ketika menit terakhir pencalonan Presiden, PDI Perjuangan akan merubah kandidat yang diusungnya. Ganjar boleh jadi mendapat prank. Ketika itu terjadi, PDI Perjuangan sudah menang, terutama Megawati. Alasan yang diajukan ialah berdasarkan evaluasi bahwa elektabilitas Ganjar stagnan.
Atau yang paling ekstrim yakni Genjar "dipaksa" mundur karena alasan yang tidak jelas. Kita berharap Ganjar tidak diteror dengan kasus e-KTP. Jika kondisi itu terjadi disaat last minute, maka perubahan konstalasi tidak akan terjadi signifikansi mengguncang PDI Perjuangan. Dari situasi transisi tersebut, berarti yang diusung PDI Perjuangan adalah Prabowo - Puan Maharani.
Di akhir dari komunikasi politik dan kawin-mawin kepentingan politik menuju 2024, akan melahirkan akibat adanya gelandangan politik. Dimana beberapa Ketua Umum partai politik yang telah melakukan kampanye dan ditetapkan di internal partainya untuk maju akhirnya tidak terakomodir kepentingannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H