Kelihatannya Megawati mulai menurunkan egonya. Mengawati lebih memikirkan kebesaran PDI Perjuangan daripada kebesaran dinasti politiknya. Jika Ganjar menang, beda lagi reaksi Megawati nantinya. Bisa jadi, kepemimpinan PDI Perjuangan dialihkan. Bukan lagi di tangan Megawati.
Tautan kepentingan inilah yang membuat Megawati berfikir keras. Agar tetap aman. PDI Perjuangan masih tetap berada dalam trah politik sang proklamator. Yang ditakutkan Megawati tentu adalah perpindahan kekuasaan, Megawati tentu tidak memimpikan PDI Perjuangan dikendalikan atau diambil alih Ganjar, bila Ganjar terpilih sebagai Presiden Republik Idonesia. Pasti akan terjadi messed up "kacau", ketika itu terjadi.
Kemudian, ketika menyimak pidato Megawati saat memberi tugas kepada Ganjar, dan juga pidato Ganjar, terbaca ada suasana kontradiksi. Ganjar yang menyebut anak-anak Soekarno kelihatan ada keraguan, dia tidak langsung menyebut anak ideologis atau anak biologis. Ganjar hanya menyebut anak bangsa.
Lalu, bagaimana dengan nasib Prabowo Subianto?. Insya Allah Prabowo tidak di-PHP lagi. Kalau membaca skenario 3 (tiga) kandidat Presiden, diantara Ganjar - Erick, Prabowo - Airlangga, dan Anies - AHY atau Khofifah, maka rebut-rebutan kemenangan secara probabilitas dimenangkan Anies. Bila duel, Ganjar - Erick atau Prabowo vs Anies - AHY atau Khofifah, maka akan sengit pertarungan. Ganjar berpotensi menang. Anies akan menjadi common enemy.
Kehadiran Koalisi Besar tentu merupakan cerminan dari antitesis Anies. Mereka berada di bawah kendali LBP dan Presiden Jokowi. Bargaining Koalisi Besar tentu kuat, mereka bukan organ taktis Megawati. Akan menjadi musuh politik Megawati, jika Ganjar tidak diambil PDI Perjuangan dalam kompetisi politik 2024.
Syukurlah Megawati telah membaca tanda-tanda itu. Memutuskan Ganjar sebagai calon Presiden pilihan PDI Perjuangan adalah "jalan keselamatan" bagi PDI Perjuangan. Kita lihat kondisi pekan mendatang, pasti partai politik yang tergabung dalam Koalisi Besar satu persatu mendukung Ganjar. Pilihan mereka hanya satu jika mau menang. Yakni melebur dan mendukung Ganjar - Erick.
Keberpihakan Koalisi Besar di luar dukungannya terhadap Ganjar adalah keajaiban. Sudah hampir dipastikan mereka mendukung Ganjar. Tidak beranilah Airlangga, Zulhas, Cak Imin, dan Plt Ketum PPP melawan perintah Istana. Begitu pula dengan Prabowo, pasti meminta pamit baik-baik juga tak mau mendukung Ganjar.
Karena obsesi Prabowo untuk maju Pilpres 2024 akan pupus jika tidak direstui Jokowi. Prabowo juga dalam posisi dilematis kali ini. Tak mungkin kader-kader partai Gerindra legowo jika Prabowo disandingkan sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Ganjar. Kalau dipasangkan skema Prabowo - Ganjar masih rasional menurut mereka.
Meski begitu, ini politik. Bukan bicara rasional, setara, dan tidak setara. Ini soal paket mengamankan kepentingan pribadi serta kepentingan kelompok. Semua yang tidak mungkin bakal menjadi mungkin dalam politik. Prabowo bisa saja tertib, takluk bila diperintah mendukung Ganjar - Erick. Dan yang memerintah itu adalah Jokowi.
Kemungkinan lain, ketika menit terakhir pencalonan Presiden, PDI Perjuangan akan merubah kandidat yang diusungnya. Ganjar boleh jadi mendapat prank. Ketika itu terjadi, PDI Perjuangan sudah menang, terutama Megawati. Alasan yang diajukan ialah berdasarkan evaluasi bahwa elektabilitas Ganjar stagnan.
Atau yang paling ekstrim yakni Genjar "dipaksa" mundur karena alasan yang tidak jelas. Kita berharap Ganjar tidak diteror dengan kasus e-KTP. Jika kondisi itu terjadi disaat last minute, maka perubahan konstalasi tidak akan terjadi signifikansi mengguncang PDI Perjuangan. Dari situasi transisi tersebut, berarti yang diusung PDI Perjuangan adalah Prabowo - Puan Maharani.