Warga yang menjadi simpatisan calon Presiden atau calon Wakil Presiden juga akan mencontoh hal baik itu. Semua kita menolak, tidak mau jika rumah-rumah ibadah dijadikan basis kampanye politik. Apapun alasannya. Lalu, rakyat yang menjadi partisan dikorbankan, seolah-olah membela agama.
Politik is politik, bukan membicarakan atau mewakili agama tertentu. Soal model atau metode yang berbeda dijalankan tiap politisi, melalui kubu atau koalisi politiknya patut kita saling menghormati itu. Berbeda bukan berarti kita bermusuhan. Tahan sedikit hasrat politik yang membuncah.
Ini bulan istimewa jangan kita nodai dengan politik kebencian. Politik mengatasnamakan agama hanya berkontribusi melahirkan intoleran. Bercerminlah wahai politisi kita yang memanfaatkan bulan ramadhan sebagai ajang memperbanyak dukungan elektoral.
Kalau memanfaatkan mimbar untuk kampanye menjelekkan yang lain, hanya akan melahirkan kecemasan publik yang meluas. Dan itu tidak sehat. Demokrasi akan rapuh, kerukunan sosial terganggu. Sebetulnya demokrasi menjadi etalase indahnya hidup rukun, saling berdampingan. Bukan saling sikat.
Bukan berarti kita meragukan eksistensi para politisi. Hanya saja, menghindari kemelut itu penting. Jangan berlarut-larut dalam debat yang tidak produktif. Percayalah, itu semua hanya menguras energi kita semua. Saling menyalahkan, mempertahankan sikap merasa paling benar. Tak ada guna.
Keluar dari diskusi yang saling menyerang di media sosial. Terlebih di bulan ini. Bulan mulia bagi umat Islam jangan dikotori. Bantu pemerintah menjernihkan dan menetralkan situasi politik yang sengaja dibuat tidak stabil. Rakyat harus bersatu menuju Pemilu 2024 yang ceria dan gembira.
Tidak membuat problem menjadi semakin sederhana, dan solusinya mudah ditemukan. Yang ada malah sebaliknya melahirkan salah paham. Pameran ide, sikap baik yang menjadi ciri khas, menjadi identitas politisi tetaplah kita tak mempermasalahkannya. Yang dikritisi hanyalah safari politik di bulan ramadhan.
Sebagai usul jalan tengah, itikaf politik. Tiap-tiap politisi kita berharap menenangkan hati, memperbanyak beribadah di bulan yang mulia ini. Karena peta politik, serta realitas politik di lapangan yang beragam membuat masyarakat juga terpolarisasi. Menjadi terpisah dalam server dukung-mendukung.
Para milisi cyber juga sedang gencar berkampanye. Kalau semuanya saling ngotot-ngototan di media sosial, akan deadlock. Rakyat akan diperhadapkan dalam sebuah situasi yang gamang, saling berkonflik. Ini yang tidak kita inginkan bersama tentunya. Sehingga kode untuk menandai badai konflik besar sejak dini kita lahirkan.
Itikaf politik saat ini menjadi pilihan terbaik. Dengan berhenti melakukan keliling bersafari, maka kicauan-kicauan di media sosial yang saling menyerang akan terkikis. Rakyat digital (dunia maya) aman, kondusif. Hal itu akan berdampak baik pada rakyat di dunia nyata. Aman tenanglah kita semua.
Target dan fokus kita untuk menjalankan ibadah lebih tenang. Kaum muslimin terutama lebih punya kesempatan mengerjakan amal ibadah, berbondong-bondong dalam kebaikan. Kita terhindar dari saling ghibah.