Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi Kuda Troya

17 Januari 2023   17:20 Diperbarui: 17 Januari 2023   18:42 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua anak bangsa harus diberi kesempatan yang sama untuk mengabdi pada rakyat melalui kekuasaan. Bagaimana distribusi kepemimpinan secara demokrasi diberi ruang. Bukan dibatas-batasi. Bukan juga sesama politisi saling menggerogoti. Mestinya budaya gotong royong saling menguatkan dibangun.

Dapat dijalani atau ditunjukkan melalui kampanye yang edukatif. Saling memberi apresiasi, bukan saling merendahkan dan saling menjatuhkan. Naik untuk memberi kesempatan yang lian, tidak mejatuhkan atau menginjak. Model berpolitik seperti itu sejatinya perlu dibudayakan. Seperti itulah yang diminta demokrasi.

Bukan kampanye politik uang. Saling hasut, membuat fitnah dan menyebarkan kebencian. Para politisi haruslah ingat, apa yang disampaikan ke publik akan diingat, kehadiran politisi dalam tiap memontum politik, terutama sangatlah berdampak. Malasnya politisi turun menemui rakyat juga menjadi kegelisahan.

Ketika hadir membawa gagasan dan hadir membawa materi pada konstituen atau pemilih, juga otomatis melahirkan kesan berbeda. Kita berharap politisi ketika masa kampanye lebih banyak membawa gagasan, memberi pendidikan politik. Bukan meracuni pikiran rakyat dengan politik uang. Suara rakyat dibeli.

Kondisi krusial dan darurat dalam ruang politik kita ialah adanya semangat persaingan, lalu mengabaikan kolaborasi atau kerja bersama. Target menang secara pribadi semata. Selebihnya masih kurang ada kesadaran berjuang, lalu menang bersama. Kesenjangan tersebut begitu kelihatan di lapangan.

Dari cara memasang alat peraga kampanye saja terlihat, ada pembeda. Semangat masing-masing itu diperlihatkan. Belum lagi, ketika tatap muka dengan rakayat. Sangat sukar kita temukan Caleg, satu Dapil dan satu partai politik turun bersama-sama. Kompak kemudian memberi pendidikan politik secara serius.

Tidak sedikit politisi mengambil jalan pintas, selama sosialisasi diri, jarang menemui rakyat. Namun memilih untuk ''serangan fajar''. Turun disaat mendekati pencoblosan suara dengan membayar suara rakyat. Memberi uang dengan komitmen rakyat harus memilih mereka. Inilah model brutal politisi abal-abal. Merekalah perusak demokrasi sesungguhnya.

Memang perilaku kurang elok masih ditunjukkan sebagian politisi dengan menjadikan demokrasi sebagai alat jual beli. Negosiasi politik untuk memperoleh kekuasaan. Sungguh sangat tidak mendidik, tidak etis, dan melanggar regulasi. Perilaku tidak mencerminkan kebaikan dalam membangun demokrasi seperti itu harus dimigrasi. Perlu ada transformasi besar dilakukan.

Harusnya para politisi memberikan contoh. Dalam banyak hal, termasuk tentang kebersamaan, keutuhan, soliditas, dan anti terhadap politik uang. Agar rakyat mengikutinya. Cara yang demikian lebih mulai, terhormat dilakukan politisi. Bukan malah berbondong-bondong membeli suara rakyat.

Sungguh berbahaya, hanya karena sebuah kemenangan dalam kompetisi politik, membuat politisi kehilangan jati dirinya. Membuat rakyat direndahkan dengan pendekatan politik uang, politik transaksional itu buruk dan melukai derajat demokrasi. Apapun alasannya, politik uang diharamkan.

Semua agama tidak mengajarkan cara mendapatkan kekuasaan dengan membeli, atau meminta-minta. Apalagi dengan tipu muslihat. Menghalalkan segala cara demi memperolehnya. Itu artinya, perubahan pola pikir tentang politik uang, dirubah menjadi politik nilai dan moralitas patut segera dilakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun