Sepak terjang Megawati di panggung politik juga tak bisa diabaikan. Mega pernah menjadi Presiden Republik Indonesia. Politisi perempuan yang memiliki nama lengkap Prof. Dr. Hj. Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri, lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947 ini punya keberpihakan pada nasib wong cilik yang tak perlu diragukan lagi.
Jika tidak dipulihkan kekuatan politik, dibuatkan normalisasi hubungan Jokowi dan Megawati atau PDI Perjuangan, maka ancaman badai besar dalam pertarungan politik 2024 akan melanda gerbong politik atau geng politik Megawati -- Jokowi atau Jokowi -- Megawati yang dibangun saat ini. Jangan sampai ''jaga nyala bhinneka'' yang digelorakan Puan Maharani meredup.
Ketika kesadaran bersatu, mengedepankan kepentingan kolektif antara Jokowi dan Megawati, maka kekuatan lain akan mengacak-ngacak kebersamaan yang telah dibangun. Pastilah peristiwa seperti ini tidak by insiden. Melainkan by design. Yang dampaknya akan meluluhlantakkan soliditas Megawati Jokowi.
Dalam wawancara dengan TV One, Benny Rhamdani sebetulnya menyejukkan hubungan Jokowi Megawati. Tidak ikut memanas-manasi situasi. Benny memberi sinyal, menyampaikan ajakan bahwa pentingnya politik dengan etika dan moralitas, jaling kebersamaan. Tidak perlu lagi saling hastu, tidak perlu saling sikut sebagai sesama kawan koalisi terlebih.
Visi politik besar Benny tergambarkan dalam argumentasinya yang runut. Cara pandang yang rasional dipaparkan melalui dialog live TV, tanggal 13 Januari 2023 tersebut. Sebagai politisi senior, Benny yang juga pernah memimpin Komite I DPD RI, mantan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Utara itu menyajikan cara pandang yang lengkap terkait respon terhadap pidato Megawati. Â
Pelajaran politik yang perlu dipetik publik, dari pidato Megawati pada HUT PDI Perjuangan ke-50, yang dilaksanakan di JIExpo Kemayoran Jakarta, Selasa, (10/1/2023), ialah membaca sebuah realitas secara jernih, tidak tendensius. Apalagi yang kaitannya dengan peristiwa politik. Jika salah menyampaikan pernyataan, maka hanya menyumbangkan kegaduhan.
Yang harus dikedepankan itu narasi kedamaian. Persatuan, sikap toleran, dan mengormati antara satu dengan yang lian. Memahami atau sadar posisi juga menjadi bagian penting, menjadi indikator bagi pemimpin publik untuk mengambil kesimpulan, keputusan, yang kemudian bila diminta untuk berkomentar tidak serampangan. Tidak asal-asalan memberi reaksi. Seluruh pemimpin politik kita harapkan dapat meninggalkan legacy bagi generasi mendatang.
Jangan hanya berfikir kepentingan pribadi dan mengembangkan semangat komunitas. Lantas, mengabaikan keberadaan publik (rakyat). Ini juga salah satu ketimpangan ketika dilestarikan, tidak dihentikan. Tugas kita semua, kaum intelektual, mereka yang merasa sudah sadar, mengemban tugas mencerahkan, sejatinya hadir memberi solusi. Menjernihkan situasi yang keruh.
Bukan membuat argumentasi saling menyudutkan. Menyerang dan membela diri secara membabi-buta, sehingga persatuan nasional menjadi terganggu. Implikasinya, kehendak atau aspirasi rakyat tidak menjadi prioritas dalam perjuangan politik. Politisi kita disibukkan dengan urusan yang tidak substansial.
Masih banyak hal penting yang perlu diurus di republik Indonesia tercinta. Bukan sekedar saling menyalahkan, saling mengadili argumen. Bukan disitu problem bangsa ini. Elit politik harus lebih mengerti kondisi politik nasional, jangan terbawa dengan urusan teknis dan operasional semata.
Jangan melupakan urusan prinsip mengurus kesejahteraan rakyat. Sibuk saling sindir di media massa, saling nyinyir di media sosial (Twitter), ramai dan heboh di jagat maya, namu sepi dalam kerja-kerja konkrit untuk rakyat. Hal semacam itulah yang harus dievaluasi. Kita semua wajib saling mengingatkan. Bahwa ada urusan lain yang lebih urgen dan super prioritas, bukan sibuk memanas-manasi dengan pernyataan Megawati.