Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi Sampai Mati

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Syukur Mandar Menjadi Titik Temu

30 Desember 2022   18:06 Diperbarui: 21 Maret 2023   12:33 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bang Syukur (Dok Gatra.com)

Terpotret, nilai dasar perjuangan Bang Syukur meyakini bahwa kekuasaan harus melayani rakyat. Kekuasaan menjadi ladang amal ibadah. Bukan alat tukar. Bukan pulang medium atau jalan untuk memamerkan kesombongan, membuat jarak dengan rakyat. Pemimpin haruslah setara, dan menciptakan kesetaraan sosial dengan masyarakatnya.

Bagaimana seorang pemimpin mendelivery kesejahteraan pada masyarakat. Dimana kekuasaan dikelola secara amanah. Menempatkan diri sebagai pesuru masyarakat. Representasi dari banyak orang untuk berbuat baik, bekerja, mengabdi pada masyarakat. Tidak tunduk pada pemilik modal. Menjadi boneka bagi cukong. Peran mengagregasi kepentingan dilakukan pemimpin tersebut secara adil.

Menjadi titik temu karena Bang Syukur dinilai memberi ruang, bersahabat dengan kaum intelektual. Menjunjung tinggi kebebasan pikiran. Aarus pikiran dalam negara harus bebas, itu menurutnya. Selain itu, pemimpin harus bisa membangun keakraban sosial. Bang Syukur bukan politisi 'tong kosong'. Bukan politisi tiba saat tiba akal, atau politisi jadi-jadian, abal-abal.

Bang Syukur matang dalam proses panjang berorganisasi dan bersosial. Komitmennye membela masyarakat kecil telah dibuktikannya sejak mahasiswa. Seorang demonstran yang memperjuangkan nilai-nilai populisme. Tidak berani dirinya berseberangan, apalagi melawan suara dan kepentingan masyarakat banyak. Pemimpin yang mempunyai ide ini selalu mengedepankan optimisme.

Punya nilai yang selalu aktif diperjuangkan. Kita tidak boleh menjadi orang latah, begitu kira-kira yang disampaikan Bang Syukur. Jauhkan sikap gagap terhadap segala macam perubahan globalisasi. Pemimpin harus bisa beradaptasi, menterjemahkan perubahan-perubahan zaman mendatang. Masyarakat punya peran atas itu semua. Jangan lagi masyarakat ikut dibodohi politik uang.

Sehingga di tahun politik 2024 kembali memilih pemimpin karena uang. Ketika hanya begitu kadar kesadaran berdemokrasi masyarakat, maka yakinlah pemimpin berwatak korup yang akan terpilih nantinya. Pemimpin yang miskin ide perubahan. Pemimpin yang nantinya kembali menerkam rakyat. Pemimpin yang tiba-tiba lupa ingatan 'pikun' pada masyarakat.

Resiko paling buruknya ialah lahirnya masyarakat putus asa. Warga menjadi mudah marah-marah, emosional. Frustasi sosial akan terlahir dengan cepat. Seharusnya praktek politik melahirkan masyarakat yang santun, tidak mudah marah. Masyarakat yang punya tata krama. Rukun dan toleran dalam menghadapi perbedaan.

Melompat pada ruang-ruang kearifan lokal. Bang Syukur juga berikhtiar merawat, memelihara semangat kesejarahan daerah. Karena pemimpin yang baik, dikatakannya tidak boleh rapuh dan tercerabut dari akar-akar sejarah. Sejatinya warisan sejarah para nene moyang, leluhur kita perlu dikembangkan. Dilindungi, tidak boleh ditinggalkan.

Kepastian hukum dan keadilan, juga menjadi konsennya. Hal itu terlihat dalam upaya literasi tanpa henti dilakukan Bang Syukur. Bahwa adat religius, nilai-nilai agama di tengah masyarakat perlu disupport pemerintah. Gerakan membuat rumah baca atau Perpustakaan di Desa dan Kecamatan, harus dilakukan untuk menopang pencerdasan anak-anak bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun