Para politisi yang gemar melakukan politik transaksional ini kita istilah dengan model politik dagang sapi. Tidak sedikit wajah politik kita di Indonesia dirusak oleh politik dagang sapi ini.
Dalam bentuk yang mirip, yakni bentuk pemufakatan politik diantara partai. Ada konspirasi kepentingan, intrik yang dibangun untuk sebuah kemenangan.
Mereka doyan mengkomersialisasi isu. Polarisasi, distingsi dilakukan dengan harapan membawa manfaat bagi mereka. Kebanyakan pelaku politik dagang sapi hanya berfikir singkat.
Mereka berfikir untuk kepentingan jangka pendek. Cita-cita luhur berpolitik, mewujud-nyatakan visi mulia partai politik tidak menjadi tujuannya. Yang utama dan terutama adalah kenyamanan mereka. Memperoleh sesuatu.
Orientasinya pada hasil. Bukan pada proses, bagi penikmat politik dan pelaku politik dagang sapi yaitu meraih keuntungan finansial. Punya aset, mendapatkan apresiasi berupa materi. Agar hidup kaya raya.
Bagi mereka, menikmati hidup berkelimpahan harta itu harga mati. Latar itulah yang membuat tidak sedikit politisi dilanda tragedi. Akhirnya saat berkuasa mereka korupsi.
Sesuatu yang bukan miliknya dirampas. Buah dari cara berfikir yang sesat, dari tradisi buruk peninggalan zaman orde baru. Mereka mau menopoli kekayaan, tidak pusing dengan kesusahan rakyat.
Isu yang tidak produktif, isu yang berpotensi mengacaukan republik ini tetap mereka garap. Yang tidak produktif dibuat dramatis, dipoles agar terlibat berkualitas. Punya mutu, bernilai dan menjadi produktif, lalu diolahnya.
Begitupun dengan isu-isu yang memecah persatuan nasional. Juga mereka kemas, mereka kembangkan. Mereka daur ulang, bahkan isu tersebut dikelola menjadi senjata untuk menyandera, menyudutkan pihak lain.
Bagi kelompok politik yang membudayakan praktek dagang sapi, barter kepentingan menjadi biasa. Jarang, bahkan tak ada perjuangan ideologis yang mereka kedepankan.
Berpolitik hanya sekedar mencari uang. Mengejar obsesi politik semata, tidak punya visi besar memajukan Indonesia dan memajukan rakyat. Malah yang lalu-lalang di pikirannya hany vested interest.