Mohon tunggu...
Bung Amas
Bung Amas Mohon Tunggu... Jurnalis - Literasi progresif

Pegiat Literasi dan penikmat buku politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hadirnya Politik Dagang Sapi

29 Juni 2022   20:57 Diperbarui: 24 Desember 2022   07:58 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi politik dagang sapi (Dokpri)


Para
politisi yang gemar melakukan politik transaksional ini kita istilah dengan model politik dagang sapi. Tidak sedikit wajah politik kita di Indonesia dirusak oleh politik dagang sapi ini.

Dalam bentuk yang mirip, yakni bentuk pemufakatan politik diantara partai. Ada konspirasi kepentingan, intrik yang dibangun untuk sebuah kemenangan.

Mereka doyan mengkomersialisasi isu. Polarisasi, distingsi dilakukan dengan harapan membawa manfaat bagi mereka. Kebanyakan pelaku politik dagang sapi hanya berfikir singkat.

Mereka berfikir untuk kepentingan jangka pendek. Cita-cita luhur berpolitik, mewujud-nyatakan visi mulia partai politik tidak menjadi tujuannya. Yang utama dan terutama adalah kenyamanan mereka. Memperoleh sesuatu.

Orientasinya pada hasil. Bukan pada proses, bagi penikmat politik dan pelaku politik dagang sapi yaitu meraih keuntungan finansial. Punya aset, mendapatkan apresiasi berupa materi. Agar hidup kaya raya.

Bagi mereka, menikmati hidup berkelimpahan harta itu harga mati. Latar itulah yang membuat tidak sedikit politisi dilanda tragedi. Akhirnya saat berkuasa mereka korupsi.

Sesuatu yang bukan miliknya dirampas. Buah dari cara berfikir yang sesat, dari tradisi buruk peninggalan zaman orde baru. Mereka mau menopoli kekayaan, tidak pusing dengan kesusahan rakyat.

Isu yang tidak produktif, isu yang berpotensi mengacaukan republik ini tetap mereka garap. Yang tidak produktif dibuat dramatis, dipoles agar terlibat berkualitas. Punya mutu, bernilai dan menjadi produktif, lalu diolahnya.

Begitupun dengan isu-isu yang memecah persatuan nasional. Juga mereka kemas, mereka kembangkan. Mereka daur ulang, bahkan isu tersebut dikelola menjadi senjata untuk menyandera, menyudutkan pihak lain.

Bagi kelompok politik yang membudayakan praktek dagang sapi, barter kepentingan menjadi biasa. Jarang, bahkan tak ada perjuangan ideologis yang mereka kedepankan.

Berpolitik hanya sekedar mencari uang. Mengejar obsesi politik semata, tidak punya visi besar memajukan Indonesia dan memajukan rakyat. Malah yang lalu-lalang di pikirannya hany vested interest.

Identitas yang menonjol dari mereka ialah sikap gesit. Berani membangun komitmen dan membujuk orang lain untuk percaya. Targetnya apa yang disasar dapat diraih. Akibat isu yang digoreng, menyulut kemarahan publik. Hingga memicu kegaduhan mereka tidak peduli.

Senang mereka melihat para elit politik di republik ini bertikai. Mereka malah memanas-manasi, agar dari konflik kepentingan tersebut para politisi ini mendapatkan faedah. Manfaat yang dikejar untuk dirinya didapat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun