Beberapa waktu yang lalu, saya melakukan perjalanan yang cukup jauh di Jawa Tengah. Saya melakukan perjalanan dari bagian tengah agak ketimur menuju ke bagian barat bagian utara dari Jawa Tengah. Saya berangkat pukul setengah 9 malam, dengan harapan bahwa jalanan akan lumayan sepi dan juga lancar.
Namun, ternyata harapan itu tinggalah harapan, karena sesaat setelah saya keluar rumah dan menuju jalan utama, jalanan sudah sangat ramai dan agaknya ada kemacetan. Saya tetap meneruskan, barangkali kemacetan cuma ada di tempat itu.
Tapi tiba2, di beberapa jalan berikutnya, ternyata ada kemacetan lagi dan perjalanan sedikit tersendat. "ada apa ini, jam2 malam begini bisa macet dimana-mana?" pikir saya. Saya meneruskan perjalanan lagi.
Sesuatu yang tidak saya sangka sebelumnya, ternyata setelah perjalan 2 jam, saya terkena macet lagi, dan sangat parah. Waktu saat itu kira kira menunjukkan pukul 11 malam kurang sedikit. Macet yang sedikit menjengkelkan dan membuat geregetan, karena saya terjebah selama sekitar 1 jam an.
Selidik punya selidik, ternyata di depan jalan sana, tidak ada apa apa, tidak terjadi hal2 yang menyebabkan kemacetan.
Maka munculah anggapan saya seperti ini. Malam itu, banyak sekali truk truk berjalan beriringan dan rata rata barangkali muatannya sangat banyak karena jalannya pun pelan dan menurut saya cukup terseok seok (hehe, maaf terlalu dramatis). Dengan adanya truk yang banyak dan muatannya sedikit berlebih tersebut, menyebabkan truk keberatan untuk jalan. Bahkan, untuk naik tanjakan pun, saat truk naik, maka truk lain berhenti dulu di belakangnya. Haduh haduh, bisa gaswat nih. Kemacetan pun terjadi dengan tidak terkira panjangnya. Kalau sudah seperti ini, siapa yang salah? sopir truk kah (karena membawa beban yang BERAT)? petugas pengecek muatan kah? polisi lalu lintas kah? pengguna jalankah? pemimpinkah?
Yang jelas, saya merasa sedikit kesal karena saya melewati jalan umum, jalan negara, jalan milik rakyat, jalan milik bersama, jalan yang dibangun dan dibayari dengan APBN yang salah satu sumbernya dari pajak. Saya merasa membayar pajak (walaupun jumlahnya tidak besar), pengguna jalan lain juga merasa sudah bayar pajak, tapi kenapa jalannya macet seperti ini. Apakah pengusaha yang mengoperasikan truk truk itu sudah membayarkan kewajiban pajaknya dengan benar? Maka berbagai pikiran negatif saya bermunculan kemana2.
Saya juga teringat bahwa dulu pernah terjadi hal seperti ini. Macet yang panjang tidak terkira hanya karena banyak truk2 lewat dan kondisinya seperti yang saya sebutkan di atas. Pada waktu itu saya melihat banyak karyawan pabrik pada turun dari bus dan kemudian memilih jalan kaki. Waktu itu motor saya pun distop karena mereka mau numpang sampai depan (yang jalannya tidak macet). Beberapa diantara mereka, mungkin akan sangat terlambat di pabriknya karena gerbang sudah ditutup, dan konsekuensi tetap harus ditanggung sendiri. Menurut saya ini adalah kemacetan jalan yang aneh, dan saya tidak dapat menerimanya. Harapan saya, semoga kedepannya menjadi lebih baik, tidak hanya mementingkan diri sendiri, tetapi juga mementingkan orang lain, mementingkan kepentingan bersama, untuk kemajuan bersama.
Maka kemudian perjalanan pun saya lanjutkan, hingga akhirnya saya berhenti di pom bensin untuk tidur, karena sudah saya paksakan mata terjaga pun, tetap kadang terpejam sendiri dan mobilpun miring2 sendiri. (wah bahaya ini, pikirku).
Akhirnya saya sampai kota tujuan pukul setengah 3 pagi. Alhamdulillah, selamat sampai tujuan.
Selesai :)